Rabu, 05 November 2014

DNA dan GEN Materi BIOLOGI

Konservasi Materi BIOLOGI

Ekologi Materi BIOLOGI

LAPORAN TETAP DDIT (Dasar-Dasar Ilmu Tanah)



KATA PENGANTAR
Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat  dan hidayah-Nya, sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi kita, Nabi Muhammad SAW.
Adapun tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk lebih memahami lagi tentang Dasar-Dasar Ilmu Tanah program studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Laporan ini di buat berdasarkan hasil praktikum mingguan, Kami menyadari bahwa dalam laporan praktikum ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh



                                                                                             Mataram, 16 Juni 2014



             Penyusun







DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... ........ i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................... ...... vi
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….      vii
ACARA I. PENETAPAN KADAR LENGAS TANAH
BAB  I  Pendahuluan................................................................................... 2
BAB  II  Tinjauan Pustaka........................................................................... 4
BAB  III Metodologi Praktikum................................................................. 6
BAB  IV Hasil dan Pembahasan................................................................. 7
BAB  V  Kesimpulan dan Saran.................................................................. 9
ACARA II. TEKSTUR TANAH dan STRUKTUR TANAH
BAB  I Pendahuluan.................................................................................. 11
BAB  II  Tinjauan Pustaka......................................................................... 13
BAB  III Metodologi Praktikum............................................................... 15
BAB  IV Hasil dan Pembahasan............................................................... 17
BAB  V Kesimpulan dan Saran................................................................. 20
ACARA III. WARNA TANAH dan KEMASAMAN TANAH
BAB  I Pendahuluan.................................................................................. 22
BAB  II Tinjauan Pustaka.......................................................................... 23
BAB  III Metodologi Praktikum............................................................... 25
BAB  IV Hasil dan Pembahasan............................................................... 26
BAB V Kesimpulan dan Saran.................................................................. 28
ACARA IV. KONSISTENSI TANAH
BAB  I Pendahuluan.................................................................................. 30
BAB  II Tinjauan Pustaka.......................................................................... 31
BAB  III Metodologi Praktikum............................................................... 33
BAB  IV Hasil dan Pembahasan............................................................... 36
BAB  V Kesimpulan dan Saran................................................................. 38
ACARA V. PRAKTIKUM LAPANGAN
BAB  I Pendahuluan.................................................................................. 40
BAB  II Tinjauan Pustaka.......................................................................... 41
BAB  III Metodologi Praktikum............................................................... 43
BAB  IV Hasil dan Pembahasan............................................................... 44
BAB  V Kesimpulan dan Saran........................................................ ........ 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Tabel
1.      Kadar Lengas…....……………………………………………………... 7
2.      Tektur Tanah dan Struktur Tanah………………………...…………….  17
3.      Warna dan Kemasan Tanah………………………………………….....  26
4.      Konsitensi Tanah……………………………………………………..… 36
5.      Pratikum Lapangan………………………………………………….…. 44






















DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.      Segitiga Tekstur (Terlampir)

 






























ACARA I
PENETAPAN KADAR LENGAS TANAH

BAB I. PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Tanah sangat dibutuhkan dalam kehidupan sebab tanah dapat dimanfaatkan oleh tumbuh-tumbuhan untuk pertumbuhan. Sedangkan manusia sangat membutuhkan tanaman baik dalam pemenuhan makanan pakaian dan lain-lain. Komponen tanah (mineral, organik, air dan udara) tersusun antara satu dengan yang lainnya membentuk tubuh tanah kenampakan sifat-sifat tanah didaerah tertentu berbeda dengan daerah lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh proses gabungan alami yaitu bahan induk, iklim, topografi dan organisme yang bekerja pada waktu tertentu.
Waktu mempelajari tanah telah dilakukan melalui beberapa disiplin ilmu yaitu ilmu kimia, fisika tanah, mineralogi tanah, mikrobiologi tanah dan sebagainya. Karakteristik tanah yang utama bahwa dalam mempelajari masalah tanah dibatasi oleh satuan pewakil pedosfer dalam bentuk pencuplikan dan analis tanah. Analisis tanah dapat berupa pengukuran secara kimiawi, fisika dan biologi yang bertujuan untuk memahami sifat tanah dan kesesuaian untuk pertumbuhan tanaman.
Kebutuhan tanaman akar, air ditentukan oleh daya tanaman menghadapi penurunan ketersediaan lengas tanah. Ada tanaman yang tahan kering yaitu mampu bertahan hidup dalam keadaan kurang air dalam massa tertentu dengan jalan membatasi kegiatan berbagai fisiologi. Setelah  persediaan lengas cukup, tanaman tersebut dapat tumbuh kembali. Ada tanaman yang menghindari kekeringan yaitu mampu tetap memenuhi kebutuhannya akan air dalam keadaan kekurangan persediaan lengas tanah dengan cara menggiatkan kegiatan penyerapan lengas tanah. Tanaman karet dan jati termaksud tanaman yang tahan kering. Sedangkan tanaman semangka dan mentimun termaksud tanaman yang bersifat menghindari kekeringan.
Pengukuran atau penetapan kadar lengas tanah sangat dibutuhkan untuk mengetahui jumlah kadar air yang tersedia pada tanah yang dibutuhkan agar tidak melebihi dari kapasitasnya seperti kadar lengas tanah.

1.2  Tujuan praktikum
Adapun tujuan praktikum penetapan kadar lengas ini bertujuan untuk mengetaui kadar lengas contoh tanah kering angin, vertisol dan inseptisol.





























BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Lengas tanah adalah air yang terdapat dalam tanah yang terikat oleh berbagai kakas ( atrik, osmosis, dan kapiler ). Kakas ini meningkat sejalan dengan peningkatan permukaan jenis zarah dan kerapatan muatan elektrostatik zarah tanah. Tegangan lengas tanah juga menentukan seberapa banyak air yang dapat diserap tumbuhan. Bagian lengas tanah yang tumbuhan mampu menyerap dinamakan air ketersediaan (Notohadiprawiro, 2006).
Dalam kaitannya dalam penyimpanan air, tanah pasiran mempunyai daya pengikat terhadap lengas tanah yang relative rendah karena permukaan kontak antara tanah pasiran ini didominasi oleh pori-pori mikro satu. Oleh karena itu, air yang jatuh ke tanah pasiran akan segera mengalami perkolasi dan air kapiler akan mudah lepas karena evaporasi (Mukhid, 2010).
Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air (moisture) yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas tanah dapat berupa persen berat atau persen volume. Berdasarkan dengan istilah air dalam tanah, secara umum dikenal 3 jenis yaitu (a) lengas tanah (soil moiture) adalah air dalam bentuk campuran gas (uap air) dan cairan (b) air tanah (soil water) yaitu air dalam bentuk cair dalam tanah sampai lapisan kedap air. (c) air tanah dalam (ground water) yaitu lapisan air tanah kontinu yang berada ditanah bagian dalam (Handayani, 2009).
Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi mempunyai kapasitas penyangga yang rendah apabila basah. Kemampuan tanah untuk menyimpan air salah satunya, air hujan menentukan juga spesies apa yang tumbuh. Kadar lengas merupakan salah satu sifat fisika tanah untuk mengetahui kemampuan penyerapan air dan ketersediaan hara pada setiap jenis tanaman (Anonim, 2007).
Menurut (Hanafiah, 2007) Koefisien air tanah yang merupakan koefisien yang menunjukkan potensi ketersediaan air tanah untuk mensuplai kebutuhan tanaman, terdiri dari: 1. Jenuh atau refensi maksimum, yaitu kondisi dimana seluruh ruang pori-pori tanah terdiri oleh air. 2. kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan airdalam pori-pori tanah mulai menipis sehingga tegangan antara air udara meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi.
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 10 Mei 2014 pukul 15.30 WITA, dilaboraturium  Ilmu tanah fakultas pertanian universitas mataram.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain timbangan analitik, cawan, oven, alat tulis dan eksikator.
3.2.2  Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain contoh tanah kering, tanah inseptisol dan vertisol.

3.3  Prosedur Kerja
1. Ditimbang cawan petri dan kosong (a gr).
2. Ditimbang contoh tanah yang pertama kedalam cawan kemudian timbang (b gr). Tanah yang digunakan adalah tanah inseptisol.
3. Dimasukkan cawan yang berisi tanah tersebut kedalam oven yang diatur temperaturnya 105oC-110oC, dibiarkan selama 24 jam.
4. Dikeluarkan dan dibiarkan mendingin, kemudian timbang (c gr). Langkah 1-4 dikerjakan untuk contoh tanah lainnya.





BAB IV. HASIL DAN PEMBAHAN
4.1 Hasil pengamatan
4.1.1 Tabel hasil pengamatan
Kelompok
Vertisol
Inseptisol
I
4,97 %
4,56 %
II
4,93 %
3,93 %
III
5,39 %
5,41 %
IV
5,05 %
5,3 %
Rata-rata
4,96 %
4,8 %

4.1.2 Perhitungan
       Vertisol : a = 16,92
                        b = 28,53
                        c = 27,98
                   [ b-c / c-a ]*100 %
                  = (28,53 -27,08 / 27,98 -16,92 )* 100 %
                  = (0,55/11,06)*100 %
                  = 0.0497 * 100 %
                  = 4,97 %
        Inseptisol : a = 16,76
                           b = 25,46
                            c = 25,08
                  [ b-c / c-a ] *100 %
                 = ( 25,46 -25,08 / 25,08 -16,76 ) *100 %
                 = ( 0,38 / 8,32 ) *100 %
                 = 0,045 *100 %
                 = 4,56 %
    


4.2 Pembahasan
Pada praktikum penentuan kadar tanah mengunakan tanah vertisol dan tanah inseptisol. Tanah vertisol memiliki lapisan solum tanah yang agak dalam atau tebal. Berwarna kelabu sampai hitam sedang tekstur lempung berlait sampai liat. Kandungan liat tanah vertisol ini lebih tinggi dari 30 % pada seluruh lapisan horizon dengan sifat mengembang dan mengkerut. Dimana  pada keaadaan kering mengkerut menjadi pecah-pecah dan sebaliknya saat basah tanah mengembang dan lengket. Sedangkan tanah inseptisol adalah tanah yang belum matang (immature) yang perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang dan masih bunga menyerupai sifat bahan induknya. Bahan induknya yang sangat resisten terhadap pelapukan, banyak mengandung abu vulkanik dan tidak memenuhi sifat-sifat andik, dan posisi dalam bentang lahan yang ekstrim yaitu curam atau lembah.
Tanah yang bertekstur kasar mempunyai kemampuan menahan air yang kecil daripada tanah bertekstur halus. Air terdapat dalam tanah karena ditahan atau diserap oleh massa tanah,tertahan oleh lapisan kedapair,atau karena keadaan drainase yang kurang baik,air dapat meresap atau di tahan oleh karena adanya gaya-gaya adhesi,kohesi dan gravitasi.
Tanah yang di ovenkan beratnya akan berkurang dari berat awal.hal ini di karenakan hilangnya kadar air yang terkandung pada tanah tersebut.energi yang telah di lepas ketika air berubah dari uap air menjadi cairan.pembebasan panas dan pembentukan air hujan merupakan sumber energi utama untuk sistem hujan.bila butir-butir air hujan jatuh ke atas tanah kering dan di serap oleh permukaan partikel tanah,terjadi penurunan lebih lanjut dalam pergerakan dan mempunyai muatan positif dan negatif.
Dari hasil pengamatan yang di dapatkan adalah tanah vertisol menghasilkan 4,93% dan tanah inseptor menghasilkan 4,8%.hal ini menunjukan tanah vertisol lebih banyak kandungan legalnya,karena di sebabkan tanah vertisol  lebih kuat dalam mengikat air di bandingkan dengan tanah inseptor yang tidak terlalu kuat dalam mengikat air.


BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum penetapan kadar legas tersebut dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Kadar lengas tanah di pengaruhi oleh curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotransprasi dan tingginya muka air tanah.
2.      Tanah vertisol memiliki kadar air tinggi karena tanah vertisol memiliki lapisan solum tanah yang agak dalam atau tebal
3.      Inseptisol adalah tanah yang belum matang (immature) yang berkembang profil yang lemah di banding dengan tanah matang
4.      Jumlah rata-rata perhitungan tanah vertisol yaitu 4,96%
5.      Jumlah rata-rata perhitungan tanah inseptisol yaitu 4,8%

5.2  Saran
Sebaiknya kita harus teliti dalam memiliki tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman,misalnya tanah vertisol dan inseptisol merupakan tanah yang cukup baik dan cocok untuk di jadikan tanah persawahan.


























ACARA II
TEKSTUR TANAH dan STRUKTUR TANAH














BAB I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tekstur tanah adalah sifat halus atau kadar butiran tanah. Kasar atau halusnya tanah ditentukan oleh perbandingan antara pasir, debu dan liat yang terdapat didalam tanah. Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butiran-butirannya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah-tanah bertekstur liat karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi.
Sifat-sifat fisik tanah diketahui sangat mempengaruhi produksi dan pertumbuhan tanaman. Kondisi fisik tanah menentukan penetrasi akar didalam tnah, retensi air, drainase, aerasi dan nutrisi tanaman. Sifat fisik tanah juga mempengaruhi sifat-sifat kimia biologi tanah. Oleh karena itu perlu suatu pengamatan untuk mendapat pengetahuan tentang tekstur tanah yang paling penting untuk diketahui karena sangat berpengaruh terhadap jenis-jenis tanaman yang sangat cocok tumbuh.
Tanah memiliki beberapa sifat-sifat fisik salah satunya adalah struktur tanah. Struktur tanah merupakan salah satu sifat morfologi tanah yang dapat diamati secara langsung. Morfologi tanah adalah deskripsi tubuh tanah yang menunjukkan kenampakan-kenampakan, ciri-ciri morfologi merupakan petunjuk dari dari proses-proses yang pernah dialami suatu jenis tanah selama pelapukan, pembentukan dan perkembangan. Perbedaan faktor-faktor pembentuk tanah akan meninggalkan ciri dan sifat tanah yang berbeda pula pada suatu profil tanah.
Struktur tanah adalah susunan butir-butir primer tanah dan agregat-agregat primer tanah secara alami menjadi bentuk tertentu yang dibatasi oleh bidang-bidang yang disebut agregat. Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat hasil proses pedogenesis. Struktur tanah berhubungan dengan cara dimana partikel pasir, debu dan liat relatif disusun satu sama lain.
Belum ada metode yang secara obyektif dan kuantitatif dapat digunakan untuk menentukan struktur tanah. Dengan penentuan berat volume (BV), berat jenis (BJ) dan porositas tanah dapat membedakan antara struktur yang ada. Kaitannya dengan daya serap air, struktur tanah mempengaruhi karena berdasarkan pori-pori tanah, pori-pori tanah yang besar bermanfaat untuk aerasi dan ilfiltrasi. Sedangkan pori-pori yang kecil untuk menyimpan lengas. Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukanlah praktikum struktur tanah yang akan menganalisis bentuk, ukuran, perkembangan struktur tanah dan juga kemantapan tanah.

1.2  Tujuan praktikum
Adapun tujuan praktikum tekstur tanah dan struktur tanah ini untuk menetapkan tekstur tanah secara kuantitatif dan kualitatif, menetapkan kerapatan butir tanah (BJ), menetapkan kerapatan massa tanah (BV) dan menghitung porositas tanah (n).
















BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
 Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat) yang liat (Hanafiah, 2001).
Tanah dapat didefinisikan sebagai suatu tubuh alam terjadi dalam bentuk profil berasal dari suatu campuran yang berubah-ubah dari pecahan mineral yang mengalami pelapukan dan sisa-sisa bahan organik yang meliputi bumi dengan air memberikan kekuatan mekanik sebagai makanan bagi tumbuhan (Soegiman, 2007).
Tanah sebagi garis besar dapat dibagi menjadi 2 kelas yaitu tanah bertekstur kasar dan tanah bertekstur halus. Tanah bertekstur halus (dominan liat) memiliki permukaan yang lebih halus dibanding dengan tanah bertekstur kasar (dominan pasir). Sehingga tanah-tanah yang bertekstur halus memiliki kapasitas adsorpsi unsur-unsur hara yang lebih besar. Dan umumnya lebih subur dibandingkan dengan tanah bertekstur kasar karena banyak mengandung unsur hara dan bahan organik yang dibutuhkan oleh tanaman (Anonim, 2011).
Struktur tanah digunakan untuk menunjukkan ukuran partikel-partikel tanah seperti pasir, debu, dan liat yang membentuk agregat satu dengan yang lainnya yang dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Agregat yang terbentuk secara alami disebut ped. Struktur yang dapat memodifikasi pengaruh tekstur tanah dalam hubungannya dengan kelembaban porositas tersedia unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pengaruh permukaan air (Majid, 2007).
Tanah yang berbentuk didaerah dengan curah hujan tinggi umumnya ditemukan struktur tanah atau granular dilapisan atas (toip soil) yaitu horizon A dan struktur gumpal dihorizon B atau tanah lapisan bawah (subsoil). Struktur dapat berkembang dari butiran-butiran tunggal ataupun kondisi massive. Dalam  rangka menghasilkan agregat-agregat dimana harus terdapat mekanisme dalam partikel-partikel tanah mengelompok bersama menjadi doster. Pembentukan ini kadang-kadang sampai ketahap perkembangan struktural yang mantap (Hanafiah, 2005).
Tanah dengan struktur baik mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Struktur tanah yang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak dapat bersinggungan dengan rapat, akibatnya pori-pori tanah banyak terbentuk. Disamping itu struktur tanah harus tidak mudah rusak sehingga pori-pori tanah tidak mudah tertutup (Ananto, 2010).
Struktur tanah dapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam hubungannya dalam kelembaban, porositas, tersedianya unsur hara, kegiatan jasad hidup dan perubahan akar. Struktur lapisan dipengaruhi oleh praktis dan dimana aerasi dan draenase membatasi pertumbuhan tanaman. System pertanaman yang mampu menjaga kemantapan agregat tanah akan memberikan hasil yang tinggi bagi produksi pertanian (Utomo, 2005).
Struktur tanah sangat berpengaruh dalam bidang pertanian. Tanah sebagai media tumbuh bagi tanaman menjadi penentu seberapa hasil panen yang akan didapat. Jika strukturnya terlalu mantap maka akan sulit menembusnya, sebaliknya jika kemantapan strukturnya terlalu lemah maka ketersediaan unsur hara dan air akan sedikit karena tanah tidak dapat mengikat unsur hara dan air dengan kuat, oleh karena itu dibutuhkan struktur tanah yang seimbang (Kurnia, 2006).










BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
 Praktikum dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 17 Mei 2014 pukul 15.40 WITA, dilaboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2 Alat dan bahan
   3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain tabung sedimentasi, timbangan, psikometer, thermometer, botol pemancar, pipet volum, stopwatch dan alat tulis.
   3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah NaOH 1 N, aquades dan tanah inseptisol, vertisol.

3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Penetapan kelas tekstur tanah dengan cara kuantitatif
 1. Dimasukkan contoh tanah kedalam tabung I sampai garis 15 dan  ditambahkan 1 ml NaOH 1 N.
 2.  Ditambahkan aquades sampai garis 45 kemudian ditutup rapat.
 3.  Dikocok hingga homogen selama 5 menit.
 4. Dibuka penutupnya, kemudian diletakkan pada rak dan dibiarkan mengendap selama 30      detik.
 5. Dituangkan larutan pada tabung I kedalam tabung II  dengan perlahan dan dibiarkan lagi selama 30 menit.
6. Dituangkan larutan tabung pada tabung II kedalam tabung III dan catat endapan yang terbentuk pada tiap tabung.
3.3.2 Penetapan kelas tekstur tanah dengan cara kualitatif
 1. Disiapkan 4 jenis tanah, tanah 1, 2, 3 dan 4.
 2. Diambil tanah tersebut secukupnya pada ibu jari dan telunjuk dalam keadaan lembab atau dibasahi terlebih dahulu kemudian dipilin.
 3. Dicatat perkiraan fraksi debu, pasir dan liat masing-masing tanah tersebut.
3.3.3 Menentukan kerapatan butir tanah (BJ)
 1. Ditimbang piknometer kosong (a gram).
 2. Dimasukkan aquades ke dalam piknometer sampai batas yang ditentukan kemudian timbang kembali (b gram).
 3. Diukur suhu pada piknometer tersebut dengan menggunakan thermometer. Lihat daftar yang tersedia berapa BJ air pada temperatur tersebut.
 4. Dikosongkan kembali piknometer, bersihkan dengan alkohol kemudian keringkan.
 5. Ditimbang 5  gram tanah vertisol. Dijumlahkan berat piknometer kosong (a) dengan berat tanah untuk mendapatkan nilai (c).
 6. Dimasukkan tanah tersebut kedalam piknometer. Tambahan aguader sampai setengah dari isi pikrometer homogenkan
 7.  Di tambahkan aquades hingga penuh. Diamkan selama 5 menit
 8. Di ukur suhu dengan menggunakan thermometer. Lihat daftar yang tersedia berapa BJ pada temperatur tersebut
3.3.4 Menentukan kerapatan massa tanah (BV)
 1. Diambil sebagian contoh tanah sedemikian rupa sehingga dapat masuk kedalam tabung ukur dengan longgar. Dibersihkan tanah yang lemah dan di timbang (a gram)
 2. Dicairkan lilin pada cawan pemanas dan tanah tersebut di cairkan atau di celupkan pada tanah tersebut dan di tunggu sampai membeku.
 3. Setelah selaput lilin cukup keras. Bongkahan tanah di timbang (b gr)
 4. Diidsi tabung dengan air sampai Volume tersebut dengan tepat (misal  p ml). Bongkah tanah berlilin di tenggelamkan kedalam air yang menyebabkan permukaan air naik. Gunakan pipet ukur air (berat) air ditambahkan sampai permukaan tepat garis tanda volume tertentu (misal g ml). Di catat air yang di tambah
 5. Diambil bongkah tanah yang sejenis dan di tetapkan kadar lengasnya sepertii pada acara kadar lengas tanah untuk mendapat tanah kering mutlak.


BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
1. Tabel hasil pengamatan tekstur secara kuantitatif
Ulg
Inseptisol
Kelas
Tekstur
Vertisol
Kelas
Tekstur
% Pasir
% Debu
% Liat
% Pasir
% Debu
% Liat
Klp I
66,6
20
13,4
Si.L
-
-
-

Klp II
-
-
-

66,6
16,6
16,7
Si.L
Klp III
46,6
33,3
86,7

-
-
-

Klp IV
-
-
-

60
20
20
S.C

2. Tabel hasil pengamatan tekstur secara kualitatif
Jenis tanah
Kelas tekstur
T1
C
T2
C
T3
SL
T4
Si.L

3. Tabel Hasil pengamatan
Jenis tanah
BJ
BV
Porositas
Inseptisol
0,94
21,94
-121%
Vertisol
104,6
1,80
-118,17%

Perhitungan :
-          Insevtisol
Fraksi pasir x  100 %  = 60 %
            Fraksi Debu x  100 %  = 20 %
            Fraksi Liat = 100 – (60% - 20%)
                               = 100 – 80 = 20 %

-          Vertisol BV

          = 1,80 g/cm3

4.2 Pembahasan
Penetapan kelas tekstur tanah yang ditentukan dengan dua cara antara lain secara kuantitatif atau cara laboratorium. Metode ini dilakukan atas dasar kecepatan pengendapan dalam suspensi tanahnya. Pada pengamatan menggunakan metode kuantitatif ini didapatkan hasil pasir sebesar 60%, debu 20% dan liat 20%.
Dengan  menggunakan segitiga tekstur menurut USDA dapat ditentukan kelas tekstur tanah tersebut adalah sandy clay atau liat berpasir. Metode kuantitatif ini memiliki azas yang erat kaitannya dengan fase dispersi, dalam hal ini terdapat fase terdispersi dan fase pendispersi atau medium. Azas inilah yang dimanfaatkan dalam proses pemisahan tiap fraksi tersebut.
Metode kedua adalah metode kualitatif atau cara penentuan kelas tekstur tanah dilapangan. Penetapan dilapangan dilakukan dengan cara pengulian contoh tanah diantara ibu jari dan telunjuk pada keadaan lembab. Masing-masing fraksi akan menunjukkan ciri-ciri tersendiri antara lain pasir pada pengulian akan terasa lengket.
Dengan metode piknometer dapat diketahui harga BV, BJ dan porositas tanah (n). Berat  volume merupakan berat bongkah tiap satuan volume total bongkah tanah. Berat jenis dapat diartikan perbandingan relative antara berat padatan tanah dengan volume padatan. Sedangkan porositas merupakan presentase volume pori-pori terhadap volume bongkah tanah.
Pada hasil perhitungan didapatkan nilai BV yang lebih kecil dari BJ. BV sebesar 1,80 sedangkan BJ sebesar 104,6. Setelah didapatkan hasil BV dan BJ tanah vertisol dan nseptisol tersebut, kita dapat menentukan porositas tanah (n) dengan rumus yang ditentukan, porositas tanah yang didapat adalah sebesar -118,17%.
Tanah yang digunakan pada praktikum ini adalah tanah vertisol. Tanah vertisol memiliki struktur tanah yang kurang stabil, hal ini menyebabkan tanah lebih peka terhadap erosi karena mudah hancur oleh energy pukulan air hujan. Permeabilitas tanah yang lambat dapat menyebabkan tanah mudah jenuh air dan mudah terjadi aliran permukaan sehingga potensial terhadap bahaya erosi.



BAB V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum tekstur tanah tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Penetapan kelas tekstur tanah dapat dilakukan secara kualitatif (cara lapangan) dan secara kuantitatif (cara laboratorium).
2.      Pada percobaan metode kuantitatif didapatkan hasil fraksi debu 20%, pasir 60% dan liat 20% sehingga termaksud kelas tekstur Sandy clay atau liat berpasir.
3.      Penetapan kelas tekstur tanah dengan metode kualitatif tidak begitu efektif karena memerlukan keterampilan dan pengalaman dari peneliti itu sendiri.
4.      Tanah vertisol memiliki struktur tanah yang kurang stabil yang menyebabkan tanah peka terhadap erosi.
5.      Nilai BV tanah vertisol cukup rendah.

5.2    Saran
Sebaiknya dalam memilih lahan untuk pertanian diperhatikan masalah tekstur tanah karena mempengaruhi kandungan bahan organik atau unsur hara yang diperlukan untuk tumbuhan dan kita harus memilih struktur tanah yang stabil dan pori-pori tanah yang sesuai.






















ACARA III
WARNA TANAH DAN KEASAMAN TANAH
BAB I. PENDAHULAN
1.1.Latar Belakang
Warna tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang perlu diketahui karena dapat di jadikan petunjuk adanya sifat-sifat khusus dari tanah tersebut. Tanah berwarna gelap mencirikan kandungan bahan organik yang tinggi, warna kelabu menunjukkan bahan tanah sudah di pengaruhi oleh air yang dominan karena merah menunjukkan bahwa tanah sudah mengalami pelapukan yang lanjut warna tanah ditentukan dengan cara membandingkan dengan warna yang terdapat pada Munsell Soil Color Chart warna dinyatakan dalam tiga satuan yaitu, kilap (HUE), nilai (VAULE), dan kroma (CHROMA) menurut nama yang tercantum dalam jalur yang bersangkutan kilap berhubungan dengan panjang gelombang cahaya, nilai berhubungan dengan keberhasilan warna dan kroma adalah kemurnian relative dari spectrum warna.
Kemasaman tanah sangat mempengaruhi status ketersediaan dan keseimbangan unsur hara yang diperlukan tanaman. Pada dasarnya setiap jenis tanaman menghendaki pH tanah yang tertentu untuk dapat berproduksi secara maksimal, tetapi kebanyakan tanaman menghendaki pH tanah sekitar netral.
Kemasaman tanah adalah ukuran aktivitas ion hydrogen dalam larutan tanah. Nilai pH diperoleh dari logaritma negative konsentrasi ion hydrogen (pH = -log H+). Skala pH tanah diperoleh dengan berpedoman pada air murni yang mempunyai kadar ion hydrogen sama dengan kadar ion hydrogen yaitu 10-7, sehingga pH air murni = -log H+ sama dengan –log 10-7 = 7,0.

1.2.Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum warna dan kemasaman tanah ini yaitu untuk mengetahui cara menentukan warna tanah, mengukur pH tanah actual dan potensial, serta menentukan muatan tanah melalui pengukuran pH tanah

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organic yang terletak dipermukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh factor-faktor genetis dan lingkungan, yakni bahan induk, iklim, organisme, hidup (mikro dan makro), topograf dan waktu yang berjalan selama kurun waktu yang sangat panjang yang dapat dibedakan dari ciri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik kimia, biologi, maupun morfologinya (Winarso, 2005 ).
Warna merupakan salah satu sifat fisik tanah, yang lebih digunakan untuk mendiskripsikan, karakter tanah, karena tidak mempunyai efek langsung terhadap tanaman tapi tidak langsung berpengaruh lewat dampaknya terhadap temperatur dan kelembaban tanah. Warna tanah dapat melalui putih, merah, coklat, kelabu, kunig, dan hitam, kadangkala dapat kebiruan atau kehijauan. kebanyakan tanah mempunyai warna tidak murni tetapi campuran kelabu, coklat, dan bercak, kerapkali 2-3 warna dalam bentuk spot-spot, disebut karatan (Hanafiah,  2007 ).
Profil tanah terdiri dari horizon-horizon dengan warna beragam antar horizon dan dalam suatu horizon. Pada pemberian warna tanah, warna setiap horizon itu haruslah diberi secar lengkap . Pemberian warna tanah juga perlu memperhatikan hubungan antar pola warna dengan struktur tanah. Agregat tanah yang disidik perlu dihancurkan untuk memastikan apakah warna tanah tampak itu seragam diseluruh agregat. Buku Munsell Soil Color Chart merupakan buku pedoman pemberian warna tanah yang dipublikasikan oleh badan pertanian Amerika Serikat (USDA). Buku edisi tahun 1971 ini terdiri dan 7 warna mempunyai sejumlah potongan warna dan jumlah potongan warna pada tujuh halaman ini adalah 196 potong. Potongan-potongan warna merupakan versi modifikasi dan kumpulan warna yang terdapat dalam buku induk Munsell dan hanya mencakup 1/5 dari seluruh kisaran warna edisi lengkapnya (Poerwidodo, 2005).
Kemasaman atau kealkalian tanah (pH tanah) adalah suatu parameter penunjuk keaktifan ion H+ dalam suatu larutan yang berkesitambungan dengan H tidak terdisosiasi dari senyawa-senyawa dapat larut dan tidak larut yang ada dalam system. Jadi intensitas keasaman dinyatakan dengan Ph dan kapasitas keasaman dinyatakan dengan takaran H+terdisosiasi ditambah N tidak terdisosiasi di dalam system . Sistem tanah yang dirajam oleh ion+ion 11+ dan A1 yang berada dalam larutan tanah dan komplek jerapan . Bila PH sama dengan 7 menunjukan keadaan alkalis (Indaranada, 2008)
Tanah dengan pH netral merupakan jenis tanah yang mempunyai lapisan solum yang tebal, teksturnya agak bervariasi lempung sampai fiat, dengan struktur gumpal bersudut, sedang konsistensinya adalah gempur sampai teguh. Kandunagn bahan organic umumnya rendah sampai sangat rendah. Reaksi tanah (pH) sekitar 6,0-7,0. Kadar unsure hara yang terkandung umumnya sederhana begitupun permeabilitasnya adalah sedang, air kacang merupakan factor pembatas. kepekaan terhadap bahaya erosi adalah sedang sampai besar. Tanah yang memilih pH netral, memepunyai sifat-sifat fisik yang sedang sampai baik. Sifat kimia umunya baik sehingga nilai produktivitas tanah adalah sedang sampai tinggi (Pemerintah Kabupaten Garu , 2011).

















BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada hari sabtu 24 Mei 2014 pukul 15.45 di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas pertanian Universitas Mataram.

3.2.Alat dan Bahan
   3.2.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan adalah buku Munsell Soil Color Chart,botol semprot,timbangan analitik,botol kocok,dan pH meter.
 3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalm praktikum ini adalah tanah vertisol,aquades,H2O dan KCL.

  3.3.Cara kerja
     3.3.1 Warna Tanah
       1. Diambil permukaan tanah dengan permukaan yang asli
       2. Dibandingkan tanah dalam kedaan kering dengan tanah dalam keadaan
           basah dengan warna-warana pada buku Munsel                                       .
       3.Dicatat hue, value, dan chroma
     3.3.2 pH Tanah
       1.Ditimbang contoh tanah 10 gr,dan dimasukkan kedalam botol kocok
       2.Ditambahakan 20 ml untuk pH H20 dan 20 ml untuk  pH KCL
       3.Dikocok kedua botol secara bersamaan selama kurang lebih 10 menit.
        
 dan didiamkan selama kurang lebih 15 menit
       4.Diukur masing-masing pH dengan pH meter




BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN
4.1.Hasil Pengamatan
Tabel 1. Menentukan Warna
Tanah
Hue tanah
Value
Chroma
Warna
Inseptisol
7,5 YR
6
1
Reddish gray
Entisol
5 YR
7
6
Reddish Yellow
Vertisol
10 R
3
1
Dark Reddish

Tabel 2. Kemasaman
Tanah
Penambahan
pH Stick
pH Meter
Inseptisol  
H2O
7
7,6
KCl
7
7,1

4.2.Pembahasan
Warna tanah ditentukan dengan membandingkan warna tanah tersebut dengan warna standar pada buku Mursell Color Soil Chart. Diagram warna buku ini disusun tiga variable yaitu hue, value, chroma. Hue adalah warna spectrum yang dominan sesuai sengan panjang gelombangnya. Value menunjukan gelap, terangnya wama, sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan, sedangkan chroma menunjukan kemurnian dari warna spectrum.
Pencatatan warna yang didaptkan pada praktikum ini adalah :
Entisol memiliki warna Reddish Yellow, pada tanah Inseptisol berwarna Reddish gray pada tanah Vertisol berwarna Dark Reddish .
Warna akan berbeda bila tanah basah, lembab atau kering sehingga dalam menentukan warna tanah perlu dicatat apakah tanah tersebut dalam keadaan basah, lembab, atau kering. Warna tanah merupakan sebagai indicator dari bahan-bahan induk untuk tanah yang berkembang lanjut dan indicator kesuburan tanah atau kapasitas produktivitas lahan.. Secara umum dapat disimpulakn bahwa makin gelap tanah berarti makin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah maka warna tanah tersebut akan berwarna semakin gelap.
Dalam percobaan penetapan pH tanah pada praktikum ini menggunakan metode yang ada dilaboratorium yaitu menggunakan pH tanah yang diukur dengan pH meter. Sampel yang digunakan adalah menggunakan dua jenis tanah yaitu entisol dan inseptisol masing-masing tanah ditimbang sebanyak 10 gram dengan menggunakan 2 buah botol kocok. Dari masing-­masing tanah tersebut ditambahkan H2O dan KCL, adapun fungsi penambahan H2O adalah mengetahui kemasan aktifnya dan fungsi penambahan KCL adalah untuk mengetahui kemasaman potensialnya . Setelah itu kedua botol ini di shakear selama 15 menit fungsi dari pengokokan ini adalah memisahkan ion H+ dengan tujuan agar larutan dapat bercampur dengan baik, setelah itu diukur menggunakan pH meter.
Hasil pada tanah inseptisol menggunakan H2O didapatkan pHnya sebesar 7,6 merupakan pH aktual, sedangkan untuk pengamatan pH dengan menambahkan KCL pHnya 7,1, merupakan pH aktual. Untuk menilai kesuburan tanah digunakan rumus " Nilai pH = pH KCI - pH H2O jadi pada tanah inseptisol mampu memegang kation yang diperlukan tanaman.











BAB V. PENUTUP
5.1.Kesimpulan
1.      Warna tanah ditentukan dengan menggunakan/membandingakan warna tanah pada buku Mursell Soul Color Chart.
2.      Diagram buku Mursell sold Color Chart terdiri dari tiga komponen yaitu Hue, Value, Chroma.
3.      Keseluruhan dari tanah entisol memiliki warna abu-abu terang dan coklat keabu-abuan
4.      Penetapan pH menggunakan pH meter yaitu H2O dan KCL
5.      Fungsi penambahan H2O adalah untuk mengetahui kemasaman aktif, sedangkan fungsi penambahan KCL untuk mengetahui kemasaman potensialnya
6.      Nilai pH pada contoh tanah yaitu sama-sama negative ini berarti tanah mampu memegang kation-kation yang dibutuhkan tanaman.

5.2.Saran
Pada warna tanah, sebelum melakukan penanaman sebaiknya cek terlebih dahulu warna tanahnya, sehingga dapat ditentukan jenis tersebut dan cocok untuk dijadikan media tanam. Sedangkan pada pH tanah sebaiknya diukur dulu pH tanahnya, supaya tanaman yang kan ditanam akan maksimal . Jika pHnya dibawah 7 dalam keadaan masam maka perlu diadakan pengapuran pada tanah tersebut.



















ACARA IV
KONSISTENSI TANAH
BAB I. PENDAHUL
UAN
1.1.Latar Belakang
Konsistensi tanah menunjukkan daya kohesi butir-butir tanah atau gaya adhesi butir­butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya       tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Gaya tersebut misalnya pencangkulan, pembajakan dan sebagainya. Tanah yang mempunyai konsistensi baik pada umumnya mudah diolah atau tidak melekat pada alat pengolahan tanah.
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi yaitu basah, lembab dan kering. Konsistensi tanah basah merupakan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang. Konsistensi lembab merupakan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara.
Batas konsistensi dapat diketahui melalui test laboratorium dimana akan didapat pula variasi berbagai keadaan konsistensi tanah. Peningkatan konsistensi tanah merupakan harga mutlak dan sangat peka terhadap keadaan lingkungan. Tekanan serta berbagai keuletan yang mempengaruhi bentuk tanah.
Selain menentukan langkah pengolahan tanah yang tepat konsistensi juga menentukan kemampuan tanah di lahan tersebut untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Konsistensi mempengaruhi jumlah oksigen dan air di dalam tanah yang merupakan kebutuhan sesuai pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu konsistensi tanah hams tepat agar pengelolaan tanah yang dilakukan berjalan baik serta dapat diusahakan secara baik.

1.2.Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum konsistensi tanah ini adalah yaitu menetapkan batas cair tanah (BC), menetapkan batas lekat tanah (BL), menetapkan batas gulung tanah (BG) dan menetapkan batas berubah warna (BBW).

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Konsistensi tanah menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel-partikel tanah. Hal ini ditunjukkan oleh ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk yang diakibatkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah. Tanah­-tanah yang mempunyai konsistensi yang baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolahan tanah. Oleh karena itu tanah dapat ditemukan dalam keadaan basah, lembab, dan kering, maka penyifatan konsistensi tanah hams disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut. Konsistensi tanah dapat ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan dengan cara memijat dan memirit-miritkan atau membuat bulatan atau gulungan. Sedangkan secara kuantitatif dilakukan dengan cara penentuan angka atterberg (Nurhidayati, 2006).
Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu : basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara. Oleh karena itu pentingnya mengetahui konsistensi. Tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara atau konsistensi tanah untuk mengetahui tanah tersebut layak apa tidak untuk dikelola sebagai lahan pertanian (Harjdowigeno, 2009).
Konsistensi yang besar yaitu pada keadaan paling kering yang disebabkan oleh adanya gaya kohesi konsistensi sedang pada waktu keadaan lembab karena adanya gaya adhesi. Konsistensi rendah/sangat rendah apabila keadaan basah, sangat basah atau jenuh air (Yuswar, 2006).
Terdapat beberapa batas konsistensi diantaranya batas cair (BC) yang merupakan kandungan lengas tanah pada soot tanah dapat mengalir tanpa tekanan dibawah standar getaran. Batas lekat (BL) adalah kandungan lengas pada saat tanah masih kering yang dibasahi secara perlahan dan mulai melekat pada logam. Batas gulung (BG) adalah kandungan lengas pada mat keliatan mulai terasa dan tanah dapat dibentuk sesuai dengan yang dikehendaki dan batas berubah warna (BBW) adalah kandungan lengas tanah pada saat pasta mulai kering karena masih ada air kapiler (Susanto, 2005).
Tanah yang tidak melekat pada tanah menunjukkan dalam kondisi basah, tanah hanya mengandung oksigen dan udara lain padahal udara juga merupakan factor penting pertumbuhan tanaman (Bouma, 2006).
Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tank menarik antar partikel) dan adhesi (tank menarik antara partikel dengan air) dengan berbagai kelembaban tanah (Elfarisna, 2011).

























BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 31 Mei 2014 pukul 15.45 WITA, di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2.Alat dan Bahan
 3.2.1 Alat
       Pada praktikum ini digunakan beberapa alat yaitu satu set alat casagrande, botol pemancar, 4 buah timbangan, timbangan analitik, gelas beaker 500 ml, oven, eksikator, sehelai kertas grafik semilog.
 3.2.1 Bahan
      Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum konsistensi tanah ini adalah contoh tanah entisol dan aquades.

3.3.Cara Kerja
3.3.1   Batas Cair Tanah (BC)
1.      Disiapkan 100 g contoh tanah dimasukkan ke dalam gelar beaker 500 ml, diberikan air secukupnya dan diaduk sampai merata.
2.      Dipindahkan sebagian pasta tanah di dalam cawan casagrande dan diratakan sehingga ketebalan 1 cm.
3.      Dibelah pasta tanah pada cawan casagrande menjadi 2 bagian menggunakan pengalur (colet). Pembelahan dimulai dan sisi atas cawan.
4.      Putar engkol pemutar cawan pada casagrande dengan kecepatan dua putaran perdetik sampai alur pada cawan menyatu sepanjang 1,27 cm.
5.      Catat jumlah ketukan yang didapat untuk mencapai keadaan (butir 4), kemudian diambil contoh tanah disekitar alur yang telah menyatu untuk ditetapkan kadar lengasnya secara gravimetric menggunakan oven pada suhu 105°C selama 4-8 jam.
6.      Penetapan kadar lengas tersebut dilakukan pada jumlah ketukan antara 15-40 ketukan untuk membentuk alur sepanjang 1,27 cm.
7.      Batas cair diperoleh dengan menentukan lengas tanah pada 25 ketukan, dengan menggunakan bantuan rumus sebagai berikut :
Wp25/Wpn = (n/25)0,121
3.3.2   Batas Lekat Tanah (BL)
 1. Siapkan contoh tanah 100 g (diameter ukuran jarak 2 mm), masukkan ke dalam gelas beaker. Basahi dan aduk merata dengan spatula atau pengaduk.
 2. Pemberian air suling dan pengadukan terus dilakukan agar terbentuk pasta yang homogen.
 3. Ambil pasta tanah tersebut dan gumpalkan pada tangan kemudian tusukkan spatula/pengaduk yang telah disediakan. Penusukkan dilakukan hingga kedalaman 2,5 cm dengan kecepatan 1 cm/detik, kemudian pengaduk ditarik dengan kecepatan2,5 cm/detik.
 4. Periksa permukaan pengaduk :
a.    Bila bersih berarti batas lekat belum tercapai (lengas masih berada dibawah batas lekat). Perlu penambahan air lagi dan pastakan.
b.    Bila seluruh tusukan berisi (dilengketi tanah), maka berarti lengas tanah berada diatas batas lekat, perlu penambahan tanah lagi dan pastakan.
c.    Bila 1,3 atau 0,8 dan ujung penusuk dilekati tanah, maka berarti batas lekat telah tercapai.
 5. Ambil contoh tanah tersebut untuk ditetapkan kadar lengasnya menggunakan oven pada suhu 105-110°C.
3.3.3   Batas Gulung Tanah (BG)
 1. Siapkan contoh tanah 100 g, masukkan keaalam gelas beaker, tambahkan air suling sambil diaduk hingga merata. Contoh tanah akan berbentuk bola tetapi tidak melekat ditangan. Jika bola terlihat retak, maka perlu penambahan air lagi.
 2. Bola tanah itu diuli atau digulung di atas bidang permukaan rata (missal kaca, porselen). Pengulian dilakukan dengan kecepatan 80-90 gerak setengah putaran permenit sampai terbentuk pita-pita (benang) tanah berdiameter 0,3 cm. Jika pita-pita tanah tersebut menunjukkan keretakan tanah patah maka batas plastisitas tercapai. Jika tidak, berarti kelengasannya terla1u tinggi dan pengaturan kelengasannya dengan menambahkan tanah, perlu diulangi kembali dan dilanjutkan dengan pengulian lagi hingga tercapai criteria batas plastis di atas.
 4. Ambil pita-pita tanah yang telah memenuhi criteria tersebut untuk menetapkan kadar lengasnya dengan ocen pada suhu 105-110°C.
3.3.4   Batas berubah Warna (BBW)
 1. Diratakan sampai tipis dan licin pasta tanah pada permukaan papan menggunakan pengaduk/colet. Ketebalannya dibuat sedemikian rupa sehingga menipis dibagian tepi.Ketebalan bagian tengahnya >3 mm.
 2. Simpan di tempat yang bebas dari sinar matahari langsung dan kering anginkan Pada waktu lengas menguap. Maka warna tanah akan berubah dari bagian tepid an beralan perlahan kebagian tengah.
 3. Setelah perubahan warna mencapai >0,5 cm, bagian yang berubah warna ini diambil bersama-sama selebar 0,5 cm untuk ditetapkan kadar lengasnya sebagai BBW.












BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Praktikum
Adapun hasil praktikum ini adalah sebagai berikut :
Tabel konsitensi tanah
Jenis Tanah
BC
BL
BG
Entisol
35 %
30,5 %
32,7 %
40,5 %
35,3%
36,45%
Inseptisol
25,40 %
24 %
24,50 %
31,50 %
28,35%
30,5%

4.2.Pembahasan
Pada praktikum ini diamati konsistensi suatu jenis tanah yaitu entisol. Dalam hal ini dicari nilai batas cair dan batas lekat tanah. Dan didapatkan hasil BC = 35 % dan BL = 30,5%, ini menunjukkan bahwa tanah entisol memiliki sifat agak lekat. Hal ini terjadi karena sebagian penyusunnya adalah pasir sehingga sedikit lekat pada tangan. BG = 32,7%. Tanah entisol memiliki sifat agak plastis karena pita gulungan telah rata pada ketebalan 1,5cm, pada bagian tengah dan pada bagian tepi memiliki ketebalan kurang dari 1cm. Konsistensi tanah menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel-partikel tanah. Hal ini dutujukan oleh adanya data yang didapat BC<CL. Pada tanah inseptisol didapatkan hasil BC = 25,40% dan BL = 24%, ini menunjukkan bahwa tanah inseptisol memiliki sifat agak lekat. Hal ini terjadi karena sebagian penyusunnya adalah pasir sehingga lakat pada bagian tangan. BG = 24,50%.
Pada batas berubah warna,bagian tepi lebih mudah mongering dari pada bagian tengahnya. Hal ini terjadi karena bagian tepi terkena angin lebih banyak dibandingkan bagian tepi sehingga pada bagian tepi lebih cepat kering dibandingkan bagian tengah. Nilai jangka olah yang diperoleh yaitu sebesar 19,261. Ini menunjukkan jangka oleh tanah entisol tinggi. Hal ini berarti tanah entisol lebih mudah diolah dan memiliki batas cair rendah.
Konsistensi tanah dapat dipengaruhi oleh tekstur, sifat dan jumlah koloid organik maupun anorganik. Struktur yang paling utama adalah kadar air. Tanah bertekstur sama dapat berbeda konsistensinya karena berbeda macam lempungnya. Jenis tanah yang konsistensinya keras adalah tanah vertisol dan konsistensi kurang keras adalah tanah entisol.

BAB V. PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Adapun kesimpulan dapal praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Tanah vertisol lebih mudah diolah dibandingkan dengan tanah entisol
2. Konsistensi tanah yang baik umumnya mudah diolah sehingga membantu pertumbuhan tanaman dan tanah vertisol mempunyai konsistensi yang lebih baik daripada tanah entisol.
3.  Konsistensi tanah istilah yang berkaitan sangat erat dengan kandungan air tanah yang menunjukkan manifestasi gaya-gaya fisika yakni kohesi dan adhesi yang berbeda didalam tanah.
4.  Tanah entisol tidak terlalu lekat memiliki struktur yang remah dan gembur yang berarti sangat gampang untuk diolah.

5.2.Saran
Pada saat praktikum, apabila tanah mengalami kerekatan maka perlu ditambahkan air, sedangkan apabila tanah tersebut lunak maka perlu ditambahkan tanah yang digunakan pada praktikum.


























ACARA V
PRAKTIKUM LAPANGAN
BAB I. PENDAHULUAN
1.1     Latar belakang
Profil tanah merupakan penampang tegak tanah yang memperlihatkan berbagai lapisan tanah. Pengamatan profil sangat penting dalam mempelajari sifat-sifat tanah secara cepat dilapangan, terutama yang berkaitan dengan genetis dan klasifikasi tanah. Sidik cepat beberapa sifat fisik, kimia dan biologi tanah juga biasanya dilakukan dengan bersamaan dan merupakan bagian pengamatan profil tanah. Evaluasi terhadap sifat-sifat tanah ini kemudian dilanjutkan secara lebih rinci di laboratorium dengan menggunakan contoh tanah.
Contoh tanah dibedakan atas beberapa macam tergantung pada tujuan dan cara pengambilan. Bila contoh tanah diambil pada setiap lapisan untuk mempelajari perkembangan profil menetapkan jenis tanah maka disebut contoh tanah satelit. Contoh tanah yang diambil dari beberapa tempat dan digabung untuk menilai tingkat kesuburan tanah disebut contoh tanah komposit. Pengambilan contoh tanah secara komposit dapat menghemat biaya analisis bila dibandingkan dengan pengambilan secara individu (Peterson dan Calvin, 1984 ). Ada lagi contoh tanah yang diambil dengan pengambilan sampel (core) dan disebut dengan contoh tanah utuh,  yang biasanya digunakan untuk menetapkan sifat tanah disebut contoh tanah utuh karena strukturnya asli seperti apa adanya di lapangan sedangkan contoh tanah yang sebagian atau seluruh strukturnya telah rusak disebut contoh tanahterganggu.

1.2  Tujuan praktikum
Adapun tujuan praktikum lapangan ini yakni untuk mempelajari sifat-sifat dari beberapa jenis tanah pada setiap lapisan atau horizon, mengambil contoh tanah lapangan untuk dianalisis, menentukan tekstur tanah, menentukan pH tanah, menentukan warna tanah, menentukan kandungan BO dan kapur tanah.


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer dianamakan muka air tanah (Pasaribu, 2007).
Tanah adalah sumber daya alam yang sangat penting di bidang pertanian dan bidang – bidang lain, karena tanah merupakan salah satu sumber daya alam penyusun lahan. Lahan merupakan sumber daya alam penyusun kerak bumi. Tanah merupakan tempat tumbuh tanaman sekaligus penyedia unsure hara bagi tanaman sehingga  perlu dipelajari keberadaannya     (Rahadjo, 2005).
Tekstur tanah menunjukan komposisis partikel penyusun tanah (separate) yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relative antar fraksi pasir, fraksi debu dan fraksi liat (Hanafiah, 2008).
Struktur tanah dapat mempengaruhi sifat fisik tanah yaitu pada kerapatan partikel semakin mantap struktur tanah maka partikel penyusunnya juga akan semakin rapat. Konsisitensi tanah juga ditentukan oleh seberapa mantap struktur tanah yang ada, misalnya pada jenis struktur remah maka akan sulit mempertahankan bentuknya karena sangat padat. Selain itu warna tanah juga berhubungan dengan struktur pembentuk tanahnya, misalnya pada tipe struktur tanah granuler dan renah, warnanya lebih gelap karena mengandung banyak bahan organik (Handayanto, 2009 ).
Kemasaman atau kealkalian tanah (pH tanah) adalah suatu parameter penunjuk keaktifan ion H+ dalam suatu larutan yang berkesitambungan dengan H tidak terdisosiasi dari senyawa-senyawa dapat larut dan tidak larut yang ada dalam sistem. Intensitas keasaman dinyatakan dengan pH dan kapasitas keasaman dinyatakan dengan takaran H+ terdisosiasi ditambah N tidak terdisosiasi di dalam sistem . Sistem tanah yang dirajam oleh ion - ion H+ dan A13+ yang berada dalam larutan tanah dan komplek jerapan . Bila PH sama dengan 7 menunjukan keadaan alkalis (Indaranada, 2008).
Bahan organik tanah terdiri dari semua sisa makhluk hidup,baik yang berasal dari manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan dan termasuk mikroorganisme di dalam tanah baik yang sedang melapuk maupun yang telah melapuk. Bahan organik sangat besar peranannya terhadap perbaikan struktur tanah, menambah kemampuan tanah untuk mengikat air, manambah kemampuan tanah untuk menahan unsur - unsur hara dalam arti kapasitas kation tanah menjadi tinggi dan sebagai unsur-unsur hara dalam arti kapasitas tukar kation tanah menjadi lebih tinggi dan sebagai sumber energi bagi kehidupan organisme. Bahan organik tanah sangat menetukan jenis tanaman apa yang akan ditanam (Darmawijaya, 2009).



BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum lapangan ini dilaksanakan pada hari Minggu, 08 Juni 2014 pukul 11.30-12.30 WITA,  di Kebun Percobaan Universitas Mataram di Narmada Lombok Barat, NTB.

3.2. Alat dan Bahan Praktikum
 3.2.1. Alat
          Alat – alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain, buku “ Munsell  Soil Color Chart “, pisau,  Ph stik, pipet tetes, piring alroji dan meteran.
 3.2.2. Bahan
            Bahan – bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah profil tanah, KCl, H2O dan H2O2.

3.3. Prosedur Kerja
 1.  Diamati “ Profil Tanah “ diukur setiap horison – horison yang ada
 2.  Ditentukan bentuk – bentuk setiap horison
 3. Diamati, dan diambil tanah untuk melihat apakah ada busa, kemudian  tentukan     jumlah busa, bentuk, kejelasn dan warnanya
 4. Dipilih dengan mengambil tanah disetiap horison dirasakan dan ditentukan teksturnya
 5. Diambil tanah disetiap horison dan ditentukan strukturnya, kekuatan, tipe dan ukuran
 6. Ditentukan warna dari setiap horison
 7. Ditentukan pH , kandungan BOnya, dan kandungan zat kapur
 8. Dicatat hasilnya.


BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
a.       Tabel hasil pengamatan Tekstur Tanah
Horizon
Pasir(%)
Debu (%)
Liat(%)
Kelas tekstur
O
5%
70%
25%
Si.L
A
5%
10%
85%
C
B
90%
7%
3%
S

b.       Tabel hasil pengamatan Menentukan pH Tanah
Horizon
H2O
O
5
A
6
B
6
 
c.       Tabel hasil pengamatan Menentukan Warna Tanah
Horizon
Value
Chroma
Hue
Warna
O
5
3
YR=10
Brown
A
3
2
YR=7,5
Drak Brown
B
4
3
YR=7,5
Brown
  
d.      Tabel hasil pengamatan Menentukan Kandungan BO Tanah
Horizon
Setelah ditetesi H2O2
Setelah ditetesi H2O2
O
Lebih banyak gelembung
Kadar air lebih tinggi (gembur)
A
Sedikit gelembung
Kadar air rendah
B
Banyak gelembung
Kadar air tinggi



 
e.       Tabel hasil pengamatan Menentukan Kandungan Zat Kapur
Horizon
Setelah ditetesi HCL
O
Kandungan zat kapur rendah
A
Tidak ada
B
Tidak ada

Ket :    O = Elivial
A = Iluvial
B = Bahan induk

4.2. Pembahasan
Pada pengamatan tentang profil tanah dilapangan diketahui bahwa terdapat3 horison yang diamati, masing- masing horison memiliki karakteristik dari ketebalan, batas, bentuk, warna, Ph, kandungan bahan organic dan kandungan zat kapur yang berbeda – beda Setelah dilakukan perhitungan pH tanah didapat hasil bahwa pH H2O pada eluvial, iluvial dan bahan induk adalah 5 dan 6. Bahan organik dalam tanah semakin menuju ke horison bawah maka BO semakin rendah, lapisan atas atau top soil merupakan lapisan yang paling banyak BO karena lapisan ini merupakan tempat vegetasi yang mati dirombak oleh dekomposer. 
Horison tanah terdiri dari berbagai lapisan. Bagian atas merupakan bahan kaya akan humus dan bagian bawah merupakan batuan – batuan yang kasar. Warna kemerahan atau kehitaman pada horison – horison tentu merupakan karatan. Karatan berwarna hitam mengandung banyak mangan Mg dan warna merah mengandung banyak besi Fe. Karatan adalah hasil reaksi oksidasi reduksi dalam tanah, ini menunjukkan bahwa udara masih dapat ke dalam tanah setempat sehingga terjadi oksidasi ditempat tersebut dan terbentuk senyawa – senyawa Fe3+ yang berwarna merah.
Tanah yang kadar airnya relative rendah jika mendapat tekanan, misalnya dari alat olah tanah, akan mengalami keruntuhan atau kehancuran. Demikian pula jika tanah dengan kadar air berlebihan jika mendapat tekanan juga akan mengalami kehancuran atau keruntuhan. Horison yang memiliki tekstur  halus artinya dominan liat maka daya ikat terhadap air akan kuat strukturnya juga kuat, sedangkan horison yang memiliki tekstur kasar artinya dominan pasir maka daya ikat terhadap air lemah strukturnya lemah


BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dalam praktikum lapang ini adalah sebagai berikut :
1.    Terdapat 3 horison yang diamati dan masing – masing memiliki tekstur, struktur, dan warna yang berbeda-beda
2.    Kandungan BO yang paling tinggi adalah tanah eluvial
3.    Kandungan zat kapur yang paling rendah adalah tanah eluvial, sedangkan tanah iluvial dan bahan induk tidak ada kandungan zat kapur
4.    Kemasaman pH H2O  pada tanah eluvial (O) adalah 5, sedangkan pada tanah iluvial (A) dan bahan induk (B) adalah 6

5.2. Saran
Profil tanah sangat menentukan sifat fisik, kimia, biologi tanah, profil tanah yang baik sangat cocok untuk bercocok tanam.                                            

DAFTAR PUSTAKA
Ananto. 2010.Penentuan Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.
Anonim . 2011 .Struktur Tanah . Http:// ariyanto staff .peratnian .UNS . 14 // Diakses pada selasa ,12 Mei 2014
Anonim .2007 .11mu Tanah Error! Hyperlink reference not valid..Blogspot.com 14 // Diakses pada Rabu ,12 Mei 2014
Bouma .j .2006 .Effect of Soil Struktur Tillage , and aggregation upon soil hydroulick properties . soil science journal 56:1-5.
Dermawijaya. 2009.Sifat Fisika Tanah C Bagian 6 Konsistensi tanan. diakses pada 23 Mei 2014.
Elfanisna .2011 .Literatur-Kadar- Air- Tanah . Http //Wahyuaskari .wardpress .com diakses pada tanggal 27 Mei 2014.
Hanafiah. 2007. Dasar-DasarllmuTanah .Rajawali Pers : Jakarta
Hanafiah . 2008. Dasar Ilmu Tanah. Konisius .Malang.
Hanafiah , Kemas A . 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah .Jakarta .Rineka Cipta .
Handayanto 2009 .Panduan Praktikum DIT .Http://geogle .com Diakses pada tanggal 23 Mei 2014.
Hardayani. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah , Penerbit Universitas Lampung : Lampung
Hardjowigono .2009 ://E:/Sifat Fisika Tanah bagian 5 Konsistensi . html akses Mei 2014.
Indranada K. Henny.2008 .Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bumi Aksar . Jakarta .
Kurnia .2006 . Ilmu Tanah. http://intl . Feedfury .com/conten/ . Diakses tanggal 10 Mei 2014
Madjid. 2007.  Air Tanah http ://repository .usu.ac.id paf// KadarDiakses tanggal 30 Mei 2014
Mukhid .2010. http://www.unsiklopedia bebas .com/Struktur Tanah .Diakses tanggal 17 Mei 2014
Notohadiprawiro . 2006 .Dasar-dasar Ilmu Tanah .Jakarta ,Rineka Cipta.
Nurhidayati, 2006. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Unisma . Malang.
Pasaribu. 2007. Profil Tanah. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Pemerintah Kabupaten Garut. 2011 .Kondisi Tanah Ion.line http ://www.Garut kab. go.id//pub / /satic-menu/detail /sekilas-geografi-kondisi-tanah (Selasa 29­-05-2014).
Poewidodo. 2005. Genesa Tanah. Proses Genesa dan Morfologi. Institut Pertanian Bogor : Bogor
Rahadjo. 2005. Penetapan Kadar Air Metode Oven. IPB Press. Bogor
Sutanto, Rahman. 2005 . Dasar -Dasar Ilmu Tanah. Konisius Yogyakarta
Utomo. Dasar Ilmu Tanah. Tim Dosen. Malang.
Winarso. 2005. Pengertian dan Sifat Kimia Tanah. Yogyakarta : GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS.
Yunus .Yuswar. 2006. Tanah dan Pengolahan. CV Alfabeta . Bandung.












LAMPIRAN

Gambar segitiga tekstur menurut USDA
Description: http://img265.imageshack.us/img265/8428/segitigateksturmk5.jpg