HIMAGROTEK UNRAM
Rabu, 05 November 2014
LAPORAN TETAP DDIT (Dasar-Dasar Ilmu Tanah)
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh.
Puji syukur kita
panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga laporan ini dapat
diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah
kepada Nabi kita, Nabi Muhammad SAW.
Adapun tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk
lebih memahami lagi tentang Dasar-Dasar Ilmu Tanah program studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Laporan ini di buat
berdasarkan hasil praktikum mingguan, Kami menyadari bahwa dalam laporan
praktikum ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat
diharapkan untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh
Mataram, 16 Juni 2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL...................................................................................... ........ i
HALAMAN
PENGESAHAN.............................................................................. ii
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... iii
DAFTAR
ISI......................................................................................................... iv
DAFTAR
TABEL.......................................................................................... ...... vi
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. vii
ACARA
I. PENETAPAN KADAR LENGAS TANAH
BAB I Pendahuluan................................................................................... 2
BAB II Tinjauan Pustaka........................................................................... 4
BAB III Metodologi
Praktikum................................................................. 6
BAB IV Hasil dan
Pembahasan................................................................. 7
BAB V Kesimpulan dan Saran.................................................................. 9
ACARA
II. TEKSTUR TANAH dan STRUKTUR TANAH
BAB I Pendahuluan.................................................................................. 11
BAB II Tinjauan Pustaka......................................................................... 13
BAB III Metodologi
Praktikum............................................................... 15
BAB IV Hasil dan
Pembahasan............................................................... 17
BAB V Kesimpulan
dan Saran................................................................. 20
ACARA
III. WARNA TANAH dan KEMASAMAN TANAH
BAB I Pendahuluan.................................................................................. 22
BAB II Tinjauan Pustaka.......................................................................... 23
BAB III Metodologi Praktikum............................................................... 25
BAB IV Hasil dan Pembahasan............................................................... 26
BAB V Kesimpulan dan Saran.................................................................. 28
ACARA
IV. KONSISTENSI TANAH
BAB I Pendahuluan.................................................................................. 30
BAB II Tinjauan Pustaka.......................................................................... 31
BAB III Metodologi Praktikum............................................................... 33
BAB IV Hasil dan Pembahasan............................................................... 36
BAB V
Kesimpulan dan Saran................................................................. 38
ACARA V. PRAKTIKUM LAPANGAN
BAB I
Pendahuluan.................................................................................. 40
BAB II Tinjauan Pustaka.......................................................................... 41
BAB III Metodologi Praktikum............................................................... 43
BAB IV Hasil dan Pembahasan............................................................... 44
BAB V
Kesimpulan dan Saran........................................................ ........ 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel
1.
Kadar Lengas…....……………………………………………………... 7
2.
Tektur Tanah dan Struktur Tanah………………………...……………. 17
3.
Warna dan Kemasan Tanah…………………………………………..... 26
4.
Konsitensi Tanah……………………………………………………..… 36
5.
Pratikum Lapangan………………………………………………….…. 44
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.
Segitiga Tekstur (Terlampir)
ACARA
I
PENETAPAN
KADAR LENGAS TANAH
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tanah sangat dibutuhkan dalam kehidupan sebab tanah dapat dimanfaatkan
oleh tumbuh-tumbuhan untuk pertumbuhan. Sedangkan manusia sangat membutuhkan
tanaman baik dalam pemenuhan makanan pakaian dan lain-lain. Komponen tanah
(mineral, organik, air dan udara) tersusun antara satu dengan yang lainnya
membentuk tubuh tanah kenampakan sifat-sifat tanah didaerah tertentu berbeda
dengan daerah lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh proses gabungan alami yaitu
bahan induk, iklim, topografi dan organisme yang bekerja pada waktu tertentu.
Waktu mempelajari tanah telah dilakukan melalui beberapa disiplin ilmu
yaitu ilmu kimia, fisika tanah, mineralogi tanah, mikrobiologi tanah dan
sebagainya. Karakteristik tanah yang utama bahwa dalam mempelajari masalah
tanah dibatasi oleh satuan pewakil pedosfer dalam bentuk pencuplikan dan analis
tanah. Analisis tanah dapat berupa pengukuran secara kimiawi, fisika dan
biologi yang bertujuan untuk memahami sifat tanah dan kesesuaian untuk
pertumbuhan tanaman.
Kebutuhan tanaman akar, air ditentukan oleh daya tanaman menghadapi
penurunan ketersediaan lengas tanah. Ada tanaman yang tahan kering yaitu mampu
bertahan hidup dalam keadaan kurang air dalam massa tertentu dengan jalan
membatasi kegiatan berbagai fisiologi. Setelah
persediaan lengas cukup, tanaman tersebut dapat tumbuh kembali. Ada
tanaman yang menghindari kekeringan yaitu mampu tetap memenuhi kebutuhannya
akan air dalam keadaan kekurangan persediaan lengas tanah dengan cara
menggiatkan kegiatan penyerapan lengas tanah. Tanaman karet dan jati termaksud
tanaman yang tahan kering. Sedangkan tanaman semangka dan mentimun termaksud
tanaman yang bersifat menghindari kekeringan.
Pengukuran atau penetapan kadar lengas tanah sangat dibutuhkan untuk
mengetahui jumlah kadar air yang tersedia pada tanah yang dibutuhkan agar tidak
melebihi dari kapasitasnya seperti kadar lengas tanah.
1.2
Tujuan
praktikum
Adapun tujuan praktikum penetapan kadar lengas ini
bertujuan untuk mengetaui kadar lengas contoh tanah kering angin, vertisol dan
inseptisol.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Lengas tanah adalah air yang terdapat dalam tanah yang terikat oleh
berbagai kakas ( atrik, osmosis, dan kapiler ). Kakas ini meningkat sejalan
dengan peningkatan permukaan jenis zarah dan kerapatan muatan elektrostatik
zarah tanah. Tegangan lengas tanah juga menentukan seberapa banyak air yang
dapat diserap tumbuhan. Bagian lengas tanah yang tumbuhan mampu menyerap
dinamakan air ketersediaan (Notohadiprawiro, 2006).
Dalam kaitannya dalam penyimpanan air, tanah pasiran mempunyai daya
pengikat terhadap lengas tanah yang relative rendah karena permukaan kontak
antara tanah pasiran ini didominasi oleh pori-pori mikro satu. Oleh karena itu,
air yang jatuh ke tanah pasiran akan segera mengalami perkolasi dan air kapiler
akan mudah lepas karena evaporasi (Mukhid, 2010).
Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air (moisture) yang
terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas tanah dapat
berupa persen berat atau persen volume. Berdasarkan dengan istilah air dalam
tanah, secara umum dikenal 3 jenis yaitu (a) lengas tanah (soil moiture) adalah
air dalam bentuk campuran gas (uap air) dan cairan (b) air tanah (soil water)
yaitu air dalam bentuk cair dalam tanah sampai lapisan kedap air. (c) air tanah
dalam (ground water) yaitu lapisan air tanah kontinu yang berada ditanah bagian
dalam (Handayani, 2009).
Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi mempunyai kapasitas penyangga
yang rendah apabila basah. Kemampuan tanah untuk menyimpan air salah satunya,
air hujan menentukan juga spesies apa yang tumbuh. Kadar lengas merupakan salah
satu sifat fisika tanah untuk mengetahui kemampuan penyerapan air dan
ketersediaan hara pada setiap jenis tanaman (Anonim, 2007).
Menurut (Hanafiah, 2007) Koefisien air tanah yang merupakan koefisien
yang menunjukkan potensi ketersediaan air tanah untuk mensuplai kebutuhan
tanaman, terdiri dari: 1. Jenuh atau refensi maksimum, yaitu kondisi dimana
seluruh ruang pori-pori tanah terdiri oleh air. 2. kapasitas lapang adalah
kondisi dimana tebal lapisan airdalam pori-pori tanah mulai menipis sehingga
tegangan antara air udara meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi.
BAB III. METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 10 Mei 2014 pukul
15.30 WITA, dilaboraturium Ilmu tanah
fakultas pertanian universitas mataram.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain timbangan
analitik, cawan, oven, alat tulis dan eksikator.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain contoh tanah kering,
tanah inseptisol dan vertisol.
3.3 Prosedur Kerja
1. Ditimbang cawan petri dan kosong (a gr).
2. Ditimbang contoh tanah yang pertama kedalam cawan kemudian timbang (b
gr). Tanah yang digunakan adalah tanah inseptisol.
3. Dimasukkan cawan yang berisi tanah tersebut kedalam oven yang diatur
temperaturnya 105oC-110oC, dibiarkan selama 24 jam.
4. Dikeluarkan dan dibiarkan mendingin, kemudian timbang (c gr). Langkah
1-4 dikerjakan untuk contoh tanah lainnya.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHAN
4.1 Hasil pengamatan
4.1.1 Tabel hasil pengamatan
Kelompok
|
Vertisol
|
Inseptisol
|
I
|
4,97 %
|
4,56 %
|
II
|
4,93 %
|
3,93 %
|
III
|
5,39 %
|
5,41 %
|
IV
|
5,05 %
|
5,3 %
|
Rata-rata
|
4,96 %
|
4,8 %
|
4.1.2 Perhitungan
Vertisol : a = 16,92
b = 28,53
c = 27,98
[ b-c / c-a ]*100 %
= (28,53 -27,08 / 27,98
-16,92 )* 100 %
= (0,55/11,06)*100 %
= 0.0497 * 100 %
= 4,97 %
Inseptisol : a = 16,76
b = 25,46
c = 25,08
[ b-c / c-a ] *100 %
= ( 25,46 -25,08 / 25,08
-16,76 ) *100 %
= ( 0,38 / 8,32 ) *100 %
= 0,045 *100 %
= 4,56 %
4.2 Pembahasan
Pada praktikum penentuan kadar tanah mengunakan tanah vertisol dan tanah
inseptisol. Tanah vertisol memiliki lapisan solum tanah yang agak dalam atau
tebal. Berwarna kelabu sampai hitam sedang tekstur lempung berlait sampai liat.
Kandungan liat tanah vertisol ini lebih tinggi dari 30 % pada seluruh lapisan
horizon dengan sifat mengembang dan mengkerut. Dimana pada keaadaan kering mengkerut menjadi
pecah-pecah dan sebaliknya saat basah tanah mengembang dan lengket. Sedangkan
tanah inseptisol adalah tanah yang belum matang (immature) yang perkembangan
profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang dan masih bunga
menyerupai sifat bahan induknya. Bahan induknya yang sangat resisten terhadap
pelapukan, banyak mengandung abu vulkanik dan tidak memenuhi sifat-sifat andik,
dan posisi dalam bentang lahan yang ekstrim yaitu curam atau lembah.
Tanah yang bertekstur kasar mempunyai kemampuan menahan air yang kecil
daripada tanah bertekstur halus. Air terdapat dalam tanah karena ditahan atau
diserap oleh massa tanah,tertahan oleh lapisan kedapair,atau karena keadaan
drainase yang kurang baik,air dapat meresap atau di tahan oleh karena adanya
gaya-gaya adhesi,kohesi dan gravitasi.
Tanah yang di
ovenkan beratnya akan berkurang dari berat awal.hal ini di karenakan hilangnya
kadar air yang terkandung pada tanah tersebut.energi yang telah di lepas ketika
air berubah dari uap air menjadi cairan.pembebasan panas dan pembentukan air
hujan merupakan sumber energi utama untuk sistem hujan.bila butir-butir air
hujan jatuh ke atas tanah kering dan di serap oleh permukaan partikel
tanah,terjadi penurunan lebih lanjut dalam pergerakan dan mempunyai muatan
positif dan negatif.
Dari hasil pengamatan yang di dapatkan adalah tanah vertisol menghasilkan
4,93% dan tanah inseptor menghasilkan 4,8%.hal ini menunjukan tanah vertisol
lebih banyak kandungan legalnya,karena di sebabkan tanah vertisol lebih kuat dalam mengikat air di bandingkan
dengan tanah inseptor yang tidak terlalu kuat dalam mengikat air.
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum penetapan kadar legas tersebut dapat di tarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Kadar
lengas tanah di pengaruhi oleh curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah
menahan air, besarnya evapotransprasi dan tingginya muka air tanah.
2. Tanah
vertisol memiliki kadar air tinggi karena tanah vertisol memiliki lapisan solum
tanah yang agak dalam atau tebal
3. Inseptisol
adalah tanah yang belum matang (immature) yang berkembang profil yang lemah di
banding dengan tanah matang
4. Jumlah
rata-rata perhitungan tanah vertisol yaitu 4,96%
5. Jumlah
rata-rata perhitungan tanah inseptisol yaitu 4,8%
5.2
Saran
Sebaiknya kita harus teliti dalam memiliki tanah yang baik bagi
pertumbuhan tanaman,misalnya tanah vertisol dan inseptisol merupakan tanah yang
cukup baik dan cocok untuk di jadikan tanah persawahan.
ACARA II
TEKSTUR TANAH dan STRUKTUR TANAH
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tekstur tanah adalah sifat halus
atau kadar butiran tanah. Kasar atau halusnya tanah ditentukan oleh
perbandingan antara pasir, debu dan liat yang terdapat didalam tanah.
Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butiran-butirannya berukuran lebih
besar, maka setiap satuan berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan
yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara.
Tanah-tanah bertekstur liat karena lebih halus maka setiap satuan berat
mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan
menyediakan unsur hara tinggi.
Sifat-sifat fisik tanah diketahui
sangat mempengaruhi produksi dan pertumbuhan tanaman. Kondisi fisik tanah
menentukan penetrasi akar didalam tnah, retensi air, drainase, aerasi dan
nutrisi tanaman. Sifat fisik tanah juga mempengaruhi sifat-sifat kimia biologi
tanah. Oleh karena itu perlu suatu pengamatan untuk mendapat pengetahuan
tentang tekstur tanah yang paling penting untuk diketahui karena sangat
berpengaruh terhadap jenis-jenis tanaman yang sangat cocok tumbuh.
Tanah memiliki beberapa sifat-sifat
fisik salah satunya adalah struktur tanah. Struktur tanah merupakan salah satu
sifat morfologi tanah yang dapat diamati secara langsung. Morfologi tanah
adalah deskripsi tubuh tanah yang menunjukkan kenampakan-kenampakan, ciri-ciri
morfologi merupakan petunjuk dari dari proses-proses yang pernah dialami suatu
jenis tanah selama pelapukan, pembentukan dan perkembangan. Perbedaan
faktor-faktor pembentuk tanah akan meninggalkan ciri dan sifat tanah yang
berbeda pula pada suatu profil tanah.
Struktur tanah adalah susunan
butir-butir primer tanah dan agregat-agregat primer tanah secara alami menjadi
bentuk tertentu yang dibatasi oleh bidang-bidang yang disebut agregat. Struktur
tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan
partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat
hasil proses pedogenesis. Struktur tanah berhubungan dengan cara dimana
partikel pasir, debu dan liat relatif disusun satu sama lain.
Belum ada metode yang secara
obyektif dan kuantitatif dapat digunakan untuk menentukan struktur tanah.
Dengan penentuan berat volume (BV), berat jenis (BJ) dan porositas tanah dapat
membedakan antara struktur yang ada. Kaitannya dengan daya serap air, struktur
tanah mempengaruhi karena berdasarkan pori-pori tanah, pori-pori tanah yang
besar bermanfaat untuk aerasi dan ilfiltrasi. Sedangkan pori-pori yang kecil
untuk menyimpan lengas. Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukanlah praktikum
struktur tanah yang akan menganalisis bentuk, ukuran, perkembangan struktur
tanah dan juga kemantapan tanah.
1.2 Tujuan praktikum
Adapun tujuan praktikum tekstur tanah dan struktur tanah
ini untuk menetapkan tekstur tanah secara kuantitatif dan kualitatif,
menetapkan kerapatan butir tanah (BJ), menetapkan kerapatan massa tanah (BV)
dan menghitung porositas tanah (n).
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA
Tekstur tanah
menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat) yang liat (Hanafiah,
2001).
Tanah dapat didefinisikan sebagai suatu tubuh alam
terjadi dalam bentuk profil berasal dari suatu campuran yang berubah-ubah dari
pecahan mineral yang mengalami pelapukan dan sisa-sisa bahan organik yang
meliputi bumi dengan air memberikan kekuatan mekanik sebagai makanan bagi
tumbuhan (Soegiman, 2007).
Tanah sebagi garis besar dapat dibagi menjadi 2 kelas
yaitu tanah bertekstur kasar dan tanah bertekstur halus. Tanah bertekstur halus
(dominan liat) memiliki permukaan yang lebih halus dibanding dengan tanah
bertekstur kasar (dominan pasir). Sehingga tanah-tanah yang bertekstur halus
memiliki kapasitas adsorpsi unsur-unsur hara yang lebih besar. Dan umumnya
lebih subur dibandingkan dengan tanah bertekstur kasar karena banyak mengandung
unsur hara dan bahan organik yang dibutuhkan oleh tanaman (Anonim, 2011).
Struktur tanah digunakan untuk menunjukkan ukuran
partikel-partikel tanah seperti pasir, debu, dan liat yang membentuk agregat
satu dengan yang lainnya yang dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah.
Agregat yang terbentuk secara alami disebut ped. Struktur yang dapat
memodifikasi pengaruh tekstur tanah dalam hubungannya dengan kelembaban
porositas tersedia unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pengaruh permukaan air
(Majid, 2007).
Tanah yang berbentuk didaerah dengan curah hujan tinggi
umumnya ditemukan struktur tanah atau granular dilapisan atas (toip soil) yaitu
horizon A dan struktur gumpal dihorizon B atau tanah lapisan bawah (subsoil).
Struktur dapat berkembang dari butiran-butiran tunggal ataupun kondisi massive.
Dalam rangka menghasilkan
agregat-agregat dimana harus terdapat mekanisme dalam partikel-partikel tanah
mengelompok bersama menjadi doster. Pembentukan ini kadang-kadang sampai
ketahap perkembangan struktural yang mantap (Hanafiah, 2005).
Tanah dengan struktur baik mempunyai tata udara yang
baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Struktur tanah
yang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak dapat bersinggungan
dengan rapat, akibatnya pori-pori tanah banyak terbentuk. Disamping itu
struktur tanah harus tidak mudah rusak sehingga pori-pori tanah tidak mudah
tertutup (Ananto, 2010).
Struktur tanah dapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam
hubungannya dalam kelembaban, porositas, tersedianya unsur hara, kegiatan jasad
hidup dan perubahan akar. Struktur lapisan dipengaruhi oleh praktis dan dimana
aerasi dan draenase membatasi pertumbuhan tanaman. System pertanaman yang mampu
menjaga kemantapan agregat tanah akan memberikan hasil yang tinggi bagi
produksi pertanian (Utomo, 2005).
Struktur tanah sangat berpengaruh dalam bidang
pertanian. Tanah sebagai media tumbuh bagi tanaman menjadi penentu seberapa
hasil panen yang akan didapat. Jika strukturnya terlalu mantap maka akan sulit
menembusnya, sebaliknya jika kemantapan strukturnya terlalu lemah maka ketersediaan
unsur hara dan air akan sedikit karena tanah tidak dapat mengikat unsur hara
dan air dengan kuat, oleh karena itu dibutuhkan struktur tanah yang seimbang
(Kurnia, 2006).
BAB III. METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum
dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 17 Mei 2014 pukul 15.40 WITA,
dilaboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
3.2 Alat dan bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain
tabung sedimentasi, timbangan, psikometer, thermometer, botol pemancar, pipet
volum, stopwatch dan alat tulis.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah NaOH 1 N, aquades dan tanah
inseptisol, vertisol.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Penetapan kelas tekstur tanah dengan cara
kuantitatif
1. Dimasukkan contoh tanah kedalam tabung I
sampai garis 15 dan ditambahkan 1 ml
NaOH 1 N.
2. Ditambahkan
aquades sampai garis 45 kemudian ditutup rapat.
3. Dikocok
hingga homogen selama 5 menit.
4. Dibuka penutupnya, kemudian diletakkan pada
rak dan dibiarkan mengendap selama 30
detik.
5. Dituangkan larutan pada tabung I kedalam
tabung II dengan perlahan dan dibiarkan
lagi selama 30 menit.
6. Dituangkan larutan tabung pada
tabung II kedalam tabung III dan catat endapan yang terbentuk pada tiap tabung.
3.3.2 Penetapan kelas tekstur tanah dengan cara
kualitatif
1. Disiapkan 4 jenis tanah, tanah 1, 2, 3 dan
4.
2. Diambil tanah tersebut secukupnya pada ibu
jari dan telunjuk dalam keadaan lembab atau dibasahi terlebih dahulu kemudian
dipilin.
3. Dicatat perkiraan fraksi debu, pasir dan
liat masing-masing tanah tersebut.
3.3.3 Menentukan kerapatan butir tanah (BJ)
1. Ditimbang piknometer kosong (a gram).
2. Dimasukkan aquades ke dalam piknometer
sampai batas yang ditentukan kemudian timbang kembali (b gram).
3. Diukur suhu pada piknometer tersebut dengan
menggunakan thermometer. Lihat daftar yang tersedia berapa BJ air pada
temperatur tersebut.
4. Dikosongkan kembali piknometer, bersihkan
dengan alkohol kemudian keringkan.
5. Ditimbang 5
gram tanah vertisol. Dijumlahkan berat piknometer kosong (a) dengan
berat tanah untuk mendapatkan nilai (c).
6. Dimasukkan tanah tersebut kedalam
piknometer. Tambahan aguader sampai setengah dari isi pikrometer homogenkan
7. Di
tambahkan aquades hingga penuh. Diamkan selama 5 menit
8. Di ukur suhu dengan menggunakan
thermometer. Lihat daftar yang tersedia berapa BJ pada temperatur tersebut
3.3.4 Menentukan kerapatan massa tanah (BV)
1. Diambil sebagian contoh tanah sedemikian
rupa sehingga dapat masuk kedalam tabung ukur dengan longgar. Dibersihkan tanah
yang lemah dan di timbang (a gram)
2. Dicairkan lilin pada cawan pemanas dan
tanah tersebut di cairkan atau di celupkan pada tanah tersebut dan di tunggu
sampai membeku.
3. Setelah selaput lilin cukup keras.
Bongkahan tanah di timbang (b gr)
4. Diidsi tabung dengan air sampai Volume
tersebut dengan tepat (misal p ml).
Bongkah tanah berlilin di tenggelamkan kedalam air yang menyebabkan permukaan
air naik. Gunakan pipet ukur air (berat) air ditambahkan sampai permukaan tepat
garis tanda volume tertentu (misal g ml). Di catat air yang di tambah
5. Diambil bongkah tanah yang sejenis dan di
tetapkan kadar lengasnya sepertii pada acara kadar lengas tanah untuk mendapat
tanah kering mutlak.
BAB IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
1. Tabel hasil
pengamatan tekstur secara kuantitatif
Ulg
|
Inseptisol
|
Kelas
Tekstur
|
Vertisol
|
Kelas
Tekstur
|
||||
% Pasir
|
% Debu
|
% Liat
|
% Pasir
|
% Debu
|
% Liat
|
|||
Klp I
|
66,6
|
20
|
13,4
|
Si.L
|
-
|
-
|
-
|
|
Klp II
|
-
|
-
|
-
|
|
66,6
|
16,6
|
16,7
|
Si.L
|
Klp III
|
46,6
|
33,3
|
86,7
|
|
-
|
-
|
-
|
|
Klp IV
|
-
|
-
|
-
|
|
60
|
20
|
20
|
S.C
|
2. Tabel hasil
pengamatan tekstur secara kualitatif
Jenis tanah
|
Kelas tekstur
|
T1
|
C
|
T2
|
C
|
T3
|
SL
|
T4
|
Si.L
|
3. Tabel Hasil
pengamatan
Jenis tanah
|
BJ
|
BV
|
Porositas
|
Inseptisol
|
0,94
|
21,94
|
-121%
|
Vertisol
|
104,6
|
1,80
|
-118,17%
|
Perhitungan :
-
Insevtisol
Fraksi
pasir x 100 % = 60 %
Fraksi Debu x 100 % = 20 %
Fraksi Liat = 100 – (60% - 20%)
= 100 – 80 = 20 %
-
Vertisol BV
= 1,80 g/cm3
4.2 Pembahasan
Penetapan kelas tekstur tanah yang ditentukan dengan dua
cara antara lain secara kuantitatif atau cara laboratorium. Metode ini
dilakukan atas dasar kecepatan pengendapan dalam suspensi tanahnya. Pada
pengamatan menggunakan metode kuantitatif ini didapatkan hasil pasir sebesar
60%, debu 20% dan liat 20%.
Dengan menggunakan
segitiga tekstur menurut USDA dapat ditentukan kelas tekstur tanah tersebut
adalah sandy clay atau liat berpasir. Metode kuantitatif ini memiliki azas yang
erat kaitannya dengan fase dispersi, dalam hal ini terdapat fase terdispersi
dan fase pendispersi atau medium. Azas inilah yang dimanfaatkan dalam proses
pemisahan tiap fraksi tersebut.
Metode kedua adalah metode kualitatif atau cara
penentuan kelas tekstur tanah dilapangan. Penetapan dilapangan dilakukan dengan
cara pengulian contoh tanah diantara ibu jari dan telunjuk pada keadaan lembab.
Masing-masing fraksi akan menunjukkan ciri-ciri tersendiri antara lain pasir
pada pengulian akan terasa lengket.
Dengan metode piknometer dapat diketahui harga BV, BJ
dan porositas tanah (n). Berat volume
merupakan berat bongkah tiap satuan volume total bongkah tanah. Berat jenis
dapat diartikan perbandingan relative antara berat padatan tanah dengan volume
padatan. Sedangkan porositas merupakan presentase volume pori-pori terhadap
volume bongkah tanah.
Pada hasil perhitungan didapatkan nilai BV yang lebih
kecil dari BJ. BV sebesar 1,80 sedangkan BJ sebesar 104,6. Setelah didapatkan
hasil BV dan BJ tanah vertisol dan nseptisol tersebut, kita dapat menentukan
porositas tanah (n) dengan rumus yang ditentukan, porositas tanah yang didapat
adalah sebesar -118,17%.
Tanah yang digunakan pada praktikum ini adalah tanah
vertisol. Tanah vertisol memiliki struktur tanah yang kurang stabil, hal ini
menyebabkan tanah lebih peka terhadap erosi karena mudah hancur oleh energy
pukulan air hujan. Permeabilitas tanah yang lambat dapat menyebabkan tanah
mudah jenuh air dan mudah terjadi aliran permukaan sehingga potensial terhadap
bahaya erosi.
BAB V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum tekstur tanah tersebut dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Penetapan kelas tekstur tanah dapat dilakukan secara
kualitatif (cara lapangan) dan secara kuantitatif (cara laboratorium).
2.
Pada percobaan metode kuantitatif didapatkan hasil
fraksi debu 20%, pasir 60% dan liat 20% sehingga termaksud kelas tekstur Sandy
clay atau liat berpasir.
3.
Penetapan kelas tekstur tanah dengan metode kualitatif
tidak begitu efektif karena memerlukan keterampilan dan pengalaman dari
peneliti itu sendiri.
4.
Tanah vertisol memiliki struktur tanah yang kurang
stabil yang menyebabkan tanah peka terhadap erosi.
5.
Nilai BV tanah vertisol cukup rendah.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam memilih lahan untuk pertanian diperhatikan masalah
tekstur tanah karena mempengaruhi kandungan bahan organik atau unsur hara yang
diperlukan untuk tumbuhan dan kita harus memilih struktur tanah yang stabil dan
pori-pori tanah yang sesuai.
ACARA III
WARNA
TANAH DAN KEASAMAN TANAH
BAB I. PENDAHULAN
BAB I. PENDAHULAN
1.1.Latar Belakang
Warna tanah merupakan salah satu sifat
fisik tanah yang perlu diketahui karena dapat di jadikan petunjuk adanya
sifat-sifat khusus dari tanah tersebut. Tanah berwarna gelap mencirikan kandungan
bahan organik yang tinggi, warna kelabu menunjukkan bahan tanah sudah di
pengaruhi oleh air yang dominan karena merah menunjukkan bahwa tanah sudah
mengalami pelapukan yang lanjut warna tanah ditentukan dengan cara
membandingkan dengan warna yang terdapat pada Munsell Soil Color Chart warna
dinyatakan dalam tiga satuan yaitu, kilap (HUE), nilai (VAULE), dan kroma
(CHROMA) menurut nama yang tercantum dalam jalur yang bersangkutan kilap
berhubungan dengan panjang gelombang cahaya, nilai berhubungan dengan
keberhasilan warna dan kroma adalah kemurnian relative dari spectrum warna.
Kemasaman tanah sangat mempengaruhi
status ketersediaan dan keseimbangan unsur hara yang diperlukan tanaman. Pada
dasarnya setiap jenis tanaman menghendaki pH tanah yang tertentu untuk dapat
berproduksi secara maksimal, tetapi kebanyakan tanaman menghendaki pH tanah
sekitar netral.
Kemasaman tanah adalah ukuran
aktivitas ion hydrogen dalam larutan tanah. Nilai pH diperoleh dari logaritma
negative konsentrasi ion hydrogen (pH = -log H+). Skala pH tanah
diperoleh dengan berpedoman pada air murni yang mempunyai kadar ion hydrogen
sama dengan kadar ion hydrogen yaitu 10-7, sehingga pH air murni =
-log H+ sama dengan –log 10-7 = 7,0.
1.2.Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum warna
dan kemasaman tanah ini yaitu untuk mengetahui cara menentukan warna tanah,
mengukur pH tanah actual dan potensial, serta menentukan muatan tanah melalui
pengukuran pH tanah
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah adalah produk transformasi
mineral dan bahan organic yang terletak dipermukaan sampai kedalaman tertentu
yang dipengaruhi oleh factor-faktor genetis dan lingkungan, yakni bahan induk,
iklim, organisme, hidup (mikro dan makro), topograf dan waktu yang berjalan
selama kurun waktu yang sangat panjang yang dapat dibedakan dari ciri-ciri
bahan induk asalnya baik secara fisik kimia, biologi, maupun morfologinya
(Winarso, 2005 ).
Warna merupakan salah satu sifat fisik
tanah, yang lebih digunakan untuk mendiskripsikan, karakter tanah, karena tidak
mempunyai efek langsung terhadap tanaman tapi tidak langsung berpengaruh lewat
dampaknya terhadap temperatur dan kelembaban tanah. Warna tanah dapat melalui
putih, merah, coklat, kelabu, kunig, dan hitam, kadangkala dapat kebiruan atau
kehijauan. kebanyakan tanah mempunyai warna tidak murni tetapi campuran kelabu,
coklat, dan bercak, kerapkali 2-3 warna dalam bentuk spot-spot, disebut karatan
(Hanafiah, 2007 ).
Profil tanah terdiri dari horizon-horizon
dengan warna beragam antar horizon dan dalam suatu horizon. Pada pemberian
warna tanah, warna setiap horizon itu haruslah diberi secar lengkap . Pemberian
warna tanah juga perlu memperhatikan hubungan antar pola warna dengan struktur
tanah. Agregat tanah yang disidik perlu dihancurkan untuk memastikan apakah
warna tanah tampak itu seragam diseluruh agregat. Buku Munsell Soil Color Chart
merupakan buku pedoman pemberian warna tanah yang dipublikasikan oleh badan pertanian
Amerika Serikat (USDA). Buku edisi tahun 1971 ini terdiri dan 7 warna mempunyai
sejumlah potongan warna dan jumlah potongan warna pada tujuh halaman ini adalah
196 potong. Potongan-potongan warna merupakan versi modifikasi dan kumpulan warna
yang terdapat dalam buku induk Munsell dan hanya mencakup 1/5 dari seluruh kisaran
warna edisi lengkapnya (Poerwidodo, 2005).
Kemasaman atau kealkalian tanah (pH
tanah) adalah suatu parameter penunjuk keaktifan ion H+ dalam suatu
larutan yang berkesitambungan dengan H tidak terdisosiasi dari senyawa-senyawa
dapat larut dan tidak larut yang ada dalam system. Jadi intensitas keasaman
dinyatakan dengan Ph dan kapasitas keasaman dinyatakan dengan takaran H+terdisosiasi
ditambah N tidak terdisosiasi di dalam system . Sistem tanah yang dirajam oleh
ion+ion 11+ dan A13± yang berada dalam larutan tanah dan
komplek jerapan . Bila PH sama dengan 7 menunjukan keadaan alkalis (Indaranada,
2008)
Tanah
dengan pH netral merupakan jenis tanah yang mempunyai lapisan solum yang tebal,
teksturnya agak bervariasi lempung sampai fiat, dengan struktur gumpal bersudut,
sedang konsistensinya adalah gempur sampai teguh. Kandunagn bahan organic umumnya
rendah sampai sangat rendah. Reaksi tanah (pH) sekitar 6,0-7,0. Kadar unsure
hara yang terkandung umumnya sederhana begitupun permeabilitasnya adalah sedang,
air kacang merupakan factor pembatas. kepekaan terhadap bahaya erosi adalah
sedang sampai besar. Tanah yang memilih pH netral, memepunyai sifat-sifat fisik
yang sedang sampai baik. Sifat kimia umunya baik sehingga nilai produktivitas
tanah adalah sedang sampai tinggi (Pemerintah Kabupaten Garu , 2011).
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum
dilaksanakan pada hari sabtu 24
Mei 2014 pukul 15.45 di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas pertanian Universitas
Mataram.
3.2.Alat
dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat-alat
yang digunakan adalah buku Munsell Soil Color Chart,botol semprot,timbangan
analitik,botol kocok,dan pH meter.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang
digunakan dalm praktikum ini adalah tanah vertisol,aquades,H2O dan KCL.
3.3.Cara kerja
3.3.1 Warna Tanah
1. Diambil permukaan tanah dengan
permukaan yang asli
2.
Dibandingkan tanah dalam kedaan kering dengan tanah
dalam keadaan
basah dengan warna-warana pada buku Munsel .
basah dengan warna-warana pada buku Munsel .
3.Dicatat
hue, value,
dan chroma
3.3.2 pH Tanah
1.Ditimbang contoh tanah 10 gr,dan
dimasukkan kedalam botol kocok
2.Ditambahakan
20 ml untuk pH H20 dan 20 ml untuk pH
KCL
3.Dikocok
kedua botol secara bersamaan selama kurang lebih 10 menit.
dan didiamkan selama kurang lebih 15 menit
dan didiamkan selama kurang lebih 15 menit
4.Diukur masing-masing pH dengan
pH meter
BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN
4.1.Hasil Pengamatan
Tabel
1. Menentukan Warna
Tanah
|
Hue tanah
|
Value
|
Chroma
|
Warna
|
Inseptisol
|
7,5 YR
|
6
|
1
|
Reddish
gray
|
Entisol
|
5 YR
|
7
|
6
|
Reddish Yellow
|
Vertisol
|
10 R
|
3
|
1
|
Dark Reddish
|
Tabel
2. Kemasaman
Tanah
|
Penambahan
|
pH Stick
|
pH Meter
|
Inseptisol
|
H2O
|
7
|
7,6
|
KCl
|
7
|
7,1
|
4.2.Pembahasan
Warna tanah ditentukan dengan
membandingkan warna tanah tersebut dengan warna standar pada buku Mursell Color
Soil Chart. Diagram warna buku ini disusun tiga variable yaitu hue, value,
chroma. Hue adalah warna spectrum yang dominan sesuai sengan panjang
gelombangnya. Value menunjukan gelap, terangnya wama, sesuai dengan banyaknya
sinar yang dipantulkan, sedangkan chroma menunjukan kemurnian dari warna
spectrum.
Pencatatan warna yang didaptkan pada praktikum
ini adalah :
Entisol
memiliki warna Reddish Yellow, pada tanah Inseptisol berwarna Reddish gray pada tanah
Vertisol berwarna Dark Reddish .
Warna akan berbeda bila tanah basah,
lembab atau kering sehingga dalam menentukan warna tanah perlu dicatat apakah
tanah tersebut dalam keadaan basah, lembab, atau kering. Warna tanah merupakan
sebagai indicator dari bahan-bahan induk untuk tanah yang berkembang lanjut dan
indicator kesuburan tanah atau kapasitas produktivitas lahan.. Secara umum
dapat disimpulakn bahwa makin gelap tanah berarti makin tinggi kandungan bahan
organik suatu tanah maka warna tanah tersebut akan berwarna semakin gelap.
Dalam percobaan penetapan pH tanah
pada praktikum ini menggunakan metode yang ada dilaboratorium yaitu menggunakan
pH tanah yang diukur dengan pH meter. Sampel yang digunakan adalah menggunakan
dua jenis tanah yaitu entisol dan inseptisol masing-masing tanah ditimbang
sebanyak 10 gram dengan menggunakan 2 buah botol kocok. Dari masing-masing
tanah tersebut ditambahkan H2O dan KCL, adapun fungsi penambahan H2O
adalah mengetahui kemasan aktifnya dan fungsi penambahan KCL adalah untuk
mengetahui kemasaman potensialnya . Setelah itu kedua botol ini di shakear
selama 15 menit fungsi dari pengokokan ini adalah memisahkan ion H+ dengan
tujuan agar larutan dapat bercampur dengan baik, setelah itu diukur menggunakan
pH meter.
Hasil pada tanah inseptisol
menggunakan H2O didapatkan pHnya sebesar 7,6 merupakan pH aktual,
sedangkan untuk pengamatan pH dengan menambahkan KCL pHnya 7,1, merupakan pH aktual.
Untuk menilai kesuburan tanah digunakan rumus " Nilai pH = pH KCI - pH H2O
jadi pada tanah inseptisol mampu memegang kation yang diperlukan tanaman.
BAB V. PENUTUP
5.1.Kesimpulan
1.
Warna tanah ditentukan dengan
menggunakan/membandingakan warna tanah pada buku Mursell Soul Color Chart.
2.
Diagram
buku Mursell sold Color Chart terdiri dari tiga komponen yaitu Hue, Value,
Chroma.
3.
Keseluruhan dari tanah entisol memiliki warna
abu-abu terang dan coklat keabu-abuan
4.
Penetapan
pH menggunakan pH meter yaitu H2O dan KCL
5.
Fungsi penambahan H2O adalah untuk
mengetahui kemasaman aktif, sedangkan fungsi penambahan KCL untuk mengetahui
kemasaman potensialnya
6.
Nilai pH pada contoh tanah yaitu sama-sama
negative ini berarti tanah mampu memegang kation-kation yang dibutuhkan
tanaman.
5.2.Saran
Pada warna tanah, sebelum melakukan
penanaman sebaiknya cek terlebih dahulu warna tanahnya, sehingga dapat
ditentukan jenis tersebut dan cocok untuk dijadikan media tanam. Sedangkan pada
pH tanah sebaiknya diukur dulu pH tanahnya,
supaya tanaman yang kan
ditanam akan maksimal . Jika pHnya dibawah 7 dalam keadaan masam maka perlu
diadakan pengapuran pada tanah tersebut.
ACARA IV
KONSISTENSI
TANAH
BAB I. PENDAHULUAN
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Konsistensi
tanah menunjukkan daya kohesi butir-butir tanah atau gaya adhesi butirbutir
tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya yang akan
mengubah bentuk. Gaya tersebut misalnya pencangkulan, pembajakan dan
sebagainya. Tanah yang mempunyai konsistensi baik pada umumnya mudah diolah
atau tidak melekat pada alat pengolahan tanah.
Penetapan
konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi yaitu basah, lembab dan
kering. Konsistensi tanah basah merupakan konsistensi tanah pada kondisi kadar
air tanah di atas kapasitas lapang. Konsistensi lembab merupakan konsistensi
tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara.
Batas
konsistensi dapat diketahui melalui test laboratorium dimana akan didapat pula
variasi berbagai keadaan konsistensi tanah. Peningkatan konsistensi tanah
merupakan harga mutlak dan sangat peka terhadap keadaan lingkungan. Tekanan
serta berbagai keuletan yang mempengaruhi bentuk tanah.
Selain
menentukan langkah pengolahan tanah yang tepat konsistensi juga menentukan
kemampuan tanah di lahan tersebut untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Konsistensi
mempengaruhi jumlah oksigen dan air di dalam tanah yang merupakan kebutuhan
sesuai pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu konsistensi tanah hams tepat agar
pengelolaan tanah yang dilakukan berjalan baik serta dapat diusahakan secara
baik.
1.2.Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum
konsistensi tanah ini adalah yaitu menetapkan batas cair tanah (BC), menetapkan
batas lekat tanah (BL), menetapkan batas gulung tanah (BG) dan menetapkan batas
berubah warna (BBW).
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA
Konsistensi tanah menunjukkan derajat kohesi dan
adhesi diantara partikel-partikel tanah. Hal ini ditunjukkan oleh ketahanan
massa tanah terhadap perubahan bentuk yang diakibatkan oleh tekanan dan
berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah. Tanah-tanah yang mempunyai
konsistensi yang baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat
pengolahan tanah. Oleh karena itu tanah dapat ditemukan dalam keadaan basah, lembab,
dan kering, maka penyifatan konsistensi tanah hams disesuaikan dengan keadaan
tanah tersebut. Konsistensi tanah dapat ditentukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan dengan cara memijat dan
memirit-miritkan atau membuat bulatan atau gulungan. Sedangkan secara
kuantitatif dilakukan dengan cara penentuan angka atterberg (Nurhidayati,
2006).
Tanah-tanah yang
mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat
pengolah tanah. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi,
yaitu : basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan penetapan
konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara. Oleh karena itu
pentingnya mengetahui konsistensi. Tanah pada kondisi kadar air tanah kering
udara atau konsistensi tanah untuk mengetahui tanah tersebut layak apa tidak
untuk dikelola sebagai lahan pertanian (Harjdowigeno, 2009).
Konsistensi yang
besar yaitu pada keadaan paling kering yang disebabkan oleh adanya gaya kohesi
konsistensi sedang pada waktu keadaan lembab karena adanya gaya adhesi.
Konsistensi rendah/sangat rendah apabila keadaan basah, sangat basah atau jenuh
air (Yuswar, 2006).
Terdapat beberapa batas konsistensi diantaranya
batas cair (BC) yang merupakan kandungan lengas tanah pada soot tanah dapat
mengalir tanpa tekanan dibawah standar getaran. Batas lekat (BL) adalah
kandungan lengas pada saat tanah masih kering yang dibasahi secara perlahan dan
mulai melekat pada logam. Batas gulung (BG) adalah kandungan lengas pada mat
keliatan mulai terasa dan tanah dapat dibentuk sesuai dengan yang dikehendaki dan
batas berubah warna (BBW) adalah kandungan lengas tanah pada saat pasta mulai
kering karena masih ada air kapiler (Susanto, 2005).
Tanah yang tidak
melekat pada tanah menunjukkan dalam kondisi basah, tanah hanya mengandung
oksigen dan udara lain padahal udara juga merupakan factor penting pertumbuhan
tanaman (Bouma, 2006).
Konsistensi
adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi
(tank menarik antar partikel) dan adhesi (tank menarik antara partikel dengan
air) dengan berbagai kelembaban tanah (Elfarisna, 2011).
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 31 Mei 2014 pukul 15.45 WITA, di Laboratorium Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
3.2.Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Pada praktikum ini digunakan beberapa
alat yaitu satu set alat casagrande, botol pemancar, 4 buah timbangan,
timbangan analitik, gelas beaker 500 ml, oven, eksikator, sehelai kertas grafik
semilog.
3.2.1 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum konsistensi tanah ini adalah
contoh tanah entisol dan aquades.
3.3.Cara Kerja
3.3.1 Batas Cair Tanah (BC)
1.
Disiapkan 100 g contoh tanah dimasukkan ke dalam gelar
beaker 500 ml, diberikan air secukupnya dan diaduk sampai merata.
2.
Dipindahkan sebagian pasta tanah di dalam cawan
casagrande dan diratakan sehingga ketebalan 1 cm.
3.
Dibelah pasta tanah pada cawan casagrande menjadi 2
bagian menggunakan pengalur (colet). Pembelahan dimulai dan sisi atas cawan.
4.
Putar engkol pemutar cawan pada casagrande dengan
kecepatan dua putaran perdetik sampai alur pada cawan menyatu sepanjang 1,27
cm.
5. Catat jumlah ketukan yang didapat untuk mencapai
keadaan (butir 4), kemudian diambil contoh tanah disekitar alur yang telah
menyatu untuk ditetapkan kadar lengasnya secara gravimetric menggunakan oven
pada suhu 105°C selama 4-8 jam.
6. Penetapan kadar lengas tersebut dilakukan pada
jumlah ketukan antara 15-40 ketukan untuk membentuk alur sepanjang 1,27 cm.
7. Batas cair diperoleh dengan menentukan lengas
tanah pada 25 ketukan, dengan menggunakan bantuan rumus sebagai berikut :
Wp25/Wpn = (n/25)0,121
3.3.2 Batas Lekat Tanah (BL)
1. Siapkan contoh tanah 100 g (diameter ukuran
jarak 2 mm), masukkan ke dalam gelas beaker. Basahi dan aduk merata dengan
spatula atau pengaduk.
2. Pemberian air suling dan
pengadukan terus dilakukan agar terbentuk pasta yang homogen.
3. Ambil pasta tanah tersebut dan gumpalkan
pada tangan kemudian tusukkan spatula/pengaduk yang telah disediakan. Penusukkan
dilakukan hingga kedalaman 2,5 cm dengan kecepatan 1 cm/detik, kemudian
pengaduk ditarik dengan kecepatan2,5 cm/detik.
4. Periksa permukaan pengaduk :
a.
Bila bersih berarti batas lekat belum tercapai
(lengas masih berada dibawah batas lekat). Perlu penambahan air lagi dan
pastakan.
b.
Bila seluruh tusukan berisi (dilengketi tanah),
maka berarti lengas tanah berada diatas batas lekat, perlu penambahan tanah
lagi dan pastakan.
c.
Bila 1,3 atau 0,8 dan ujung penusuk dilekati
tanah, maka berarti batas lekat telah tercapai.
5. Ambil contoh tanah tersebut untuk
ditetapkan kadar lengasnya menggunakan oven pada suhu 105-110°C.
3.3.3 Batas Gulung Tanah (BG)
1. Siapkan contoh tanah 100 g, masukkan
keaalam gelas beaker, tambahkan air suling sambil diaduk hingga merata.
Contoh tanah akan berbentuk bola tetapi tidak melekat ditangan. Jika bola
terlihat retak, maka perlu penambahan air lagi.
2. Bola tanah itu diuli atau
digulung di atas bidang permukaan rata (missal kaca, porselen). Pengulian
dilakukan dengan kecepatan 80-90 gerak setengah putaran permenit sampai
terbentuk pita-pita (benang) tanah berdiameter 0,3 cm. Jika pita-pita tanah
tersebut menunjukkan keretakan tanah patah maka batas plastisitas tercapai.
Jika tidak, berarti kelengasannya terla1u tinggi dan pengaturan kelengasannya
dengan menambahkan tanah, perlu diulangi kembali dan dilanjutkan dengan
pengulian lagi hingga tercapai criteria batas plastis di atas.
4. Ambil pita-pita tanah yang telah memenuhi
criteria tersebut untuk menetapkan kadar lengasnya dengan ocen pada suhu
105-110°C.
3.3.4 Batas berubah Warna (BBW)
1. Diratakan sampai tipis dan
licin pasta tanah pada permukaan papan menggunakan pengaduk/colet. Ketebalannya
dibuat sedemikian rupa sehingga menipis dibagian tepi.Ketebalan bagian
tengahnya >3 mm.
2. Simpan di tempat yang bebas
dari sinar matahari langsung dan kering anginkan Pada waktu lengas menguap.
Maka warna tanah akan berubah dari bagian tepid an beralan perlahan kebagian
tengah.
3. Setelah perubahan warna mencapai >0,5
cm, bagian yang berubah warna ini diambil bersama-sama selebar 0,5 cm untuk
ditetapkan kadar lengasnya sebagai BBW.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Praktikum
Adapun hasil praktikum ini adalah
sebagai berikut :
Tabel konsitensi tanah
Jenis Tanah
|
BC
|
BL
|
BG
|
Entisol
|
35 %
|
30,5 %
|
32,7 %
|
40,5 %
|
35,3%
|
36,45%
|
|
Inseptisol
|
25,40 %
|
24 %
|
24,50 %
|
31,50 %
|
28,35%
|
30,5%
|
4.2.Pembahasan
Pada praktikum ini diamati
konsistensi suatu jenis tanah yaitu entisol. Dalam hal ini dicari nilai batas
cair dan batas lekat tanah. Dan didapatkan hasil BC = 35 % dan BL = 30,5%, ini
menunjukkan bahwa tanah entisol memiliki sifat agak lekat. Hal ini terjadi
karena sebagian penyusunnya adalah pasir sehingga sedikit lekat pada tangan. BG
= 32,7%. Tanah entisol memiliki sifat agak plastis karena pita gulungan telah
rata pada ketebalan 1,5cm, pada bagian tengah dan pada bagian tepi memiliki
ketebalan kurang dari 1cm. Konsistensi tanah menunjukkan derajat kohesi
dan adhesi diantara partikel-partikel tanah. Hal ini dutujukan oleh adanya data
yang didapat BC<CL. Pada tanah inseptisol didapatkan hasil BC = 25,40% dan
BL = 24%, ini menunjukkan bahwa tanah inseptisol memiliki sifat agak lekat. Hal
ini terjadi karena sebagian penyusunnya adalah pasir sehingga lakat pada bagian
tangan. BG = 24,50%.
Pada batas berubah warna,bagian tepi
lebih mudah mongering dari pada bagian tengahnya. Hal ini terjadi karena bagian
tepi terkena angin lebih banyak dibandingkan bagian tepi sehingga pada bagian
tepi lebih cepat kering dibandingkan bagian tengah. Nilai jangka olah yang diperoleh
yaitu sebesar 19,261. Ini menunjukkan jangka oleh tanah entisol tinggi. Hal ini
berarti tanah entisol lebih mudah diolah dan memiliki batas cair rendah.
Konsistensi tanah dapat dipengaruhi
oleh tekstur, sifat dan jumlah koloid organik maupun anorganik. Struktur yang
paling utama adalah kadar air. Tanah bertekstur sama dapat berbeda
konsistensinya karena berbeda macam lempungnya. Jenis tanah yang konsistensinya
keras adalah tanah vertisol dan konsistensi kurang keras adalah tanah entisol.
BAB V. PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Adapun kesimpulan
dapal praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Tanah vertisol lebih mudah diolah dibandingkan
dengan tanah entisol
2. Konsistensi tanah yang baik umumnya mudah diolah
sehingga membantu pertumbuhan tanaman dan tanah vertisol mempunyai konsistensi
yang lebih baik daripada tanah entisol.
3. Konsistensi tanah istilah yang berkaitan
sangat erat dengan kandungan air tanah yang menunjukkan manifestasi gaya-gaya
fisika yakni kohesi dan adhesi yang berbeda didalam tanah.
4. Tanah
entisol tidak terlalu lekat memiliki struktur yang remah dan gembur yang
berarti sangat gampang untuk diolah.
5.2.Saran
Pada saat praktikum, apabila tanah
mengalami kerekatan maka perlu ditambahkan air, sedangkan apabila tanah
tersebut lunak maka perlu ditambahkan tanah yang digunakan pada praktikum.
ACARA V
PRAKTIKUM
LAPANGAN
BAB I. PENDAHULUAN
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Profil tanah merupakan penampang tegak tanah yang
memperlihatkan berbagai lapisan tanah. Pengamatan profil sangat penting dalam
mempelajari sifat-sifat tanah secara cepat dilapangan, terutama yang berkaitan
dengan genetis dan klasifikasi tanah. Sidik cepat beberapa sifat fisik, kimia
dan biologi tanah juga biasanya dilakukan dengan bersamaan dan merupakan bagian
pengamatan profil tanah. Evaluasi terhadap sifat-sifat tanah ini kemudian
dilanjutkan secara lebih rinci di laboratorium dengan menggunakan contoh tanah.
Contoh tanah dibedakan atas beberapa macam tergantung pada
tujuan dan cara pengambilan. Bila contoh tanah diambil pada setiap lapisan
untuk mempelajari perkembangan profil menetapkan jenis tanah maka disebut
contoh tanah satelit. Contoh tanah yang diambil dari beberapa tempat dan
digabung untuk menilai tingkat kesuburan tanah disebut contoh tanah komposit.
Pengambilan contoh tanah secara komposit dapat menghemat biaya analisis bila
dibandingkan dengan pengambilan secara individu (Peterson dan Calvin, 1984 ).
Ada lagi contoh tanah yang diambil dengan pengambilan sampel (core) dan disebut
dengan contoh tanah utuh, yang biasanya
digunakan untuk menetapkan sifat tanah disebut contoh tanah utuh karena
strukturnya asli seperti apa adanya di lapangan sedangkan contoh tanah yang
sebagian atau seluruh strukturnya telah rusak disebut contoh tanahterganggu.
1.2 Tujuan praktikum
Adapun tujuan praktikum lapangan ini yakni untuk mempelajari
sifat-sifat dari beberapa jenis tanah pada setiap lapisan atau horizon, mengambil
contoh tanah lapangan untuk dianalisis, menentukan tekstur tanah, menentukan pH
tanah, menentukan warna tanah, menentukan kandungan BO dan kapur tanah.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat
dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan
kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan keadaan tanah dan keperluan
penelitian. Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer dianamakan
muka air tanah (Pasaribu, 2007).
Tanah adalah sumber daya alam yang sangat penting di bidang pertanian dan
bidang – bidang lain, karena tanah merupakan salah satu sumber daya alam
penyusun lahan. Lahan merupakan sumber daya alam penyusun kerak bumi. Tanah
merupakan tempat tumbuh tanaman sekaligus penyedia unsure hara bagi tanaman
sehingga perlu dipelajari
keberadaannya (Rahadjo, 2005).
Tekstur tanah menunjukan komposisis
partikel penyusun tanah (separate) yang dinyatakan sebagai perbandingan
proporsi (%) relative antar fraksi pasir, fraksi debu dan fraksi liat
(Hanafiah, 2008).
Struktur
tanah dapat mempengaruhi sifat fisik tanah yaitu pada kerapatan partikel
semakin mantap struktur tanah maka partikel penyusunnya juga akan semakin
rapat. Konsisitensi tanah juga ditentukan oleh seberapa mantap struktur tanah
yang ada, misalnya pada jenis struktur remah maka akan sulit mempertahankan
bentuknya karena sangat padat. Selain itu warna tanah juga berhubungan dengan
struktur pembentuk tanahnya, misalnya pada tipe struktur tanah granuler dan
renah, warnanya lebih gelap karena mengandung banyak bahan organik (Handayanto,
2009 ).
Kemasaman atau kealkalian tanah (pH
tanah) adalah suatu parameter penunjuk keaktifan ion H+ dalam suatu
larutan yang berkesitambungan dengan H tidak terdisosiasi dari senyawa-senyawa
dapat larut dan tidak larut yang ada dalam sistem. Intensitas keasaman
dinyatakan dengan pH dan kapasitas keasaman dinyatakan dengan takaran H+ terdisosiasi
ditambah N tidak terdisosiasi di dalam sistem . Sistem tanah yang dirajam oleh
ion - ion H+ dan A13+ yang berada dalam larutan tanah dan
komplek jerapan . Bila PH sama dengan 7 menunjukan keadaan alkalis (Indaranada,
2008).
Bahan organik tanah terdiri dari semua sisa makhluk hidup,baik yang
berasal dari manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan dan termasuk mikroorganisme
di dalam tanah baik yang sedang melapuk maupun yang telah melapuk. Bahan
organik sangat besar peranannya terhadap perbaikan struktur tanah, menambah
kemampuan tanah untuk mengikat air, manambah kemampuan tanah untuk menahan
unsur - unsur hara dalam arti kapasitas kation tanah menjadi tinggi dan sebagai
unsur-unsur hara dalam arti kapasitas tukar kation tanah menjadi lebih tinggi
dan sebagai sumber energi bagi kehidupan organisme. Bahan organik tanah sangat
menetukan jenis tanaman apa yang akan ditanam (Darmawijaya, 2009).
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan
Tempat Praktikum
Praktikum lapangan ini dilaksanakan
pada hari Minggu, 08 Juni 2014 pukul 11.30-12.30 WITA, di Kebun Percobaan Universitas Mataram di Narmada
Lombok Barat, NTB.
3.2. Alat dan
Bahan Praktikum
3.2.1. Alat
Alat – alat yang digunakan pada praktikum
ini antara lain, buku “ Munsell Soil
Color Chart “, pisau, Ph stik, pipet
tetes, piring alroji dan meteran.
3.2.2. Bahan
Bahan –
bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah profil tanah, KCl, H2O
dan H2O2.
3.3. Prosedur
Kerja
1.
Diamati “ Profil Tanah “ diukur setiap horison – horison yang ada
2.
Ditentukan bentuk – bentuk setiap horison
3. Diamati, dan diambil tanah untuk melihat
apakah ada busa, kemudian tentukan jumlah busa, bentuk, kejelasn dan warnanya
4. Dipilih dengan mengambil tanah disetiap
horison dirasakan dan ditentukan teksturnya
5. Diambil tanah disetiap horison dan
ditentukan strukturnya, kekuatan, tipe dan ukuran
6. Ditentukan warna dari setiap horison
7. Ditentukan pH , kandungan BOnya, dan
kandungan zat kapur
8. Dicatat hasilnya.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Pengamatan
a.
Tabel hasil pengamatan Tekstur Tanah
Horizon
|
Pasir(%)
|
Debu (%)
|
Liat(%)
|
Kelas tekstur
|
O
|
5%
|
70%
|
25%
|
Si.L
|
A
|
5%
|
10%
|
85%
|
C
|
B
|
90%
|
7%
|
3%
|
S
|
b.
Tabel hasil
pengamatan Menentukan pH Tanah
Horizon
|
H2O
|
O
|
5
|
A
|
6
|
B
|
6
|
c.
Tabel hasil pengamatan Menentukan Warna Tanah
Horizon
|
Value
|
Chroma
|
Hue
|
Warna
|
O
|
5
|
3
|
YR=10
|
Brown
|
A
|
3
|
2
|
YR=7,5
|
Drak Brown
|
B
|
4
|
3
|
YR=7,5
|
Brown
|
d.
Tabel hasil pengamatan Menentukan Kandungan BO Tanah
Horizon
|
Setelah ditetesi H2O2
|
Setelah ditetesi H2O2
|
O
|
Lebih banyak gelembung
|
Kadar
air lebih tinggi (gembur)
|
A
|
Sedikit gelembung
|
Kadar
air rendah
|
B
|
Banyak gelembung
|
Kadar
air tinggi
|
e.
Tabel hasil pengamatan Menentukan Kandungan Zat Kapur
Horizon
|
Setelah ditetesi HCL
|
O
|
Kandungan
zat kapur rendah
|
A
|
Tidak
ada
|
B
|
Tidak
ada
|
Ket : O =
Elivial
A = Iluvial
B = Bahan induk
4.2.
Pembahasan
Pada pengamatan tentang
profil tanah dilapangan diketahui bahwa terdapat3 horison yang diamati, masing-
masing horison memiliki karakteristik dari ketebalan, batas, bentuk, warna, Ph,
kandungan bahan organic dan kandungan zat kapur yang berbeda – beda Setelah
dilakukan perhitungan pH tanah didapat hasil bahwa pH H2O pada eluvial, iluvial
dan bahan induk adalah 5 dan 6. Bahan organik dalam tanah semakin menuju ke
horison bawah maka BO semakin rendah, lapisan atas atau top soil merupakan
lapisan yang paling banyak BO karena lapisan ini merupakan tempat vegetasi yang
mati dirombak oleh dekomposer.
Horison tanah terdiri dari
berbagai lapisan. Bagian atas merupakan bahan kaya akan humus dan bagian bawah
merupakan batuan – batuan yang kasar. Warna kemerahan atau kehitaman pada
horison – horison tentu merupakan karatan. Karatan berwarna hitam mengandung
banyak mangan Mg dan warna merah mengandung banyak besi Fe. Karatan adalah
hasil reaksi oksidasi reduksi dalam tanah, ini menunjukkan bahwa udara masih
dapat ke dalam tanah setempat sehingga terjadi oksidasi ditempat tersebut dan
terbentuk senyawa – senyawa Fe3+ yang berwarna merah.
Tanah yang kadar airnya
relative rendah jika mendapat tekanan, misalnya dari alat olah tanah, akan
mengalami keruntuhan atau kehancuran. Demikian pula jika tanah dengan kadar air
berlebihan jika mendapat tekanan juga akan mengalami kehancuran atau
keruntuhan. Horison yang memiliki tekstur
halus artinya dominan liat maka daya ikat terhadap air akan kuat
strukturnya juga kuat, sedangkan horison yang memiliki tekstur kasar artinya
dominan pasir maka daya ikat terhadap air lemah strukturnya lemah
BAB V. PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Kesimpulan dalam praktikum
lapang ini adalah sebagai berikut :
1.
Terdapat 3 horison yang diamati dan masing – masing
memiliki tekstur, struktur, dan warna yang berbeda-beda
2.
Kandungan BO yang paling tinggi adalah tanah eluvial
3.
Kandungan zat kapur yang paling rendah adalah tanah
eluvial, sedangkan tanah iluvial dan bahan induk tidak ada kandungan zat kapur
4.
Kemasaman pH H2O pada tanah eluvial (O) adalah 5, sedangkan
pada tanah iluvial (A) dan bahan induk (B) adalah 6
5.2. Saran
Profil tanah
sangat menentukan sifat fisik, kimia, biologi tanah, profil tanah yang baik
sangat cocok untuk bercocok tanam.
DAFTAR
PUSTAKA
Ananto. 2010.Penentuan Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Fakultas
Pertanian Universitas Hasanuddin.
Anonim . 2011 .Struktur Tanah
. Http:// ariyanto staff .peratnian .UNS . 14 //
Diakses pada selasa ,12 Mei 2014
Anonim .2007 .11mu Tanah Error! Hyperlink reference not valid..Blogspot.com
14 // Diakses pada Rabu ,12 Mei 2014
Bouma .j .2006 .Effect of Soil
Struktur Tillage , and aggregation upon soil hydroulick properties . soil
science journal 56:1-5.
Dermawijaya. 2009.Sifat Fisika Tanah C Bagian 6 Konsistensi
tanan. diakses pada 23 Mei 2014.
Elfanisna .2011 .Literatur-Kadar- Air- Tanah . Http
//Wahyuaskari .wardpress .com diakses pada tanggal 27 Mei 2014.
Hanafiah. 2007. Dasar-DasarllmuTanah
.Rajawali Pers : Jakarta
Hanafiah . 2008. Dasar Ilmu Tanah.
Konisius .Malang.
Hanafiah , Kemas A . 2009. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah .Jakarta .Rineka Cipta .
Handayanto 2009 .Panduan Praktikum
DIT .Http://geogle .com Diakses pada tanggal 23 Mei
2014.
Hardayani. 2009. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah , Penerbit Universitas Lampung : Lampung
Hardjowigono .2009 ://E:/Sifat
Fisika Tanah bagian 5 Konsistensi . html akses Mei 2014.
Indranada K. Henny.2008 .Pengelolaan
Kesuburan Tanah. Bumi Aksar . Jakarta .
Kurnia .2006 . Ilmu Tanah. http://intl
. Feedfury .com/conten/ . Diakses tanggal 10 Mei 2014
Madjid. 2007. Air
Tanah http ://repository .usu.ac.id paf// KadarDiakses tanggal 30
Mei 2014
Mukhid .2010. http://www.unsiklopedia
bebas .com/Struktur Tanah .Diakses tanggal 17 Mei 2014
Notohadiprawiro . 2006 .Dasar-dasar
Ilmu Tanah .Jakarta ,Rineka Cipta.
Nurhidayati, 2006. Penuntun
Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Unisma . Malang.
Pasaribu. 2007. Profil Tanah. Universitas Indonesia
Press. Jakarta
Pemerintah Kabupaten
Garut. 2011 .Kondisi Tanah Ion.line
http ://www.Garut kab. go.id//pub / /satic-menu/detail /sekilas-geografi-kondisi-tanah
(Selasa 29-05-2014).
Poewidodo. 2005. Genesa Tanah. Proses Genesa dan Morfologi.
Institut Pertanian Bogor : Bogor
Rahadjo. 2005. Penetapan Kadar Air
Metode Oven. IPB Press. Bogor
Sutanto, Rahman. 2005 . Dasar -Dasar
Ilmu Tanah. Konisius Yogyakarta
Utomo. Dasar Ilmu Tanah. Tim
Dosen. Malang.
Winarso. 2005. Pengertian dan Sifat Kimia Tanah.
Yogyakarta : GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS.
Yunus .Yuswar. 2006. Tanah dan
Pengolahan. CV Alfabeta . Bandung.
LAMPIRAN
Gambar segitiga
tekstur menurut USDA
Langganan:
Postingan (Atom)